Moral seorang Waria ..

Agak bingung ingin memulai darimana, menentukan tema dari tulisan ini pun saya arahnya kemana masih belum pasti; serius, humor atau sekedar cerita saja. Tapi mungkin bisa saya mulai dari pengalaman saya pada hari Sabtu malam kemarin.

Semalam (tepatnya Sabtu malam kemarin) saya untuk kesekian kalinya menemani kedua kawan saya pacaran, istilah lainnya jadi ‘obat nyamuk’. Saya pikir ga masalahlah, ketimbang saya bengong dikamar jadilah saya ‘obat nyamuk’ Sabtu malam kemarin itu.

OK, straight to the point. Semalam itu setelah kelar berbelanja sebentar di mall Senayan City yang terletak dibilangan Jakarta Selatan, saya dan kedua teman saya itu (Zikri dan Vera) memutuskan untuk malam malam di Mall Kelapa Gading. Disebuah rumah makan yang menyediakan hidangan seafood yang merupakan favorit kami.

Rute dari Senayan City ke Mall Kelapa Gading selamam lumayan lenggang. Biasanya sih, kalau malam minggu jalanan emang rada padat walaupun tidak sepadat di siang hari ketika hari kerja biasa. Pelan namun pasti, kami menuju ke Mall Kelapa Gading.

Sebenarnya tidak ada yang terlalu spesial dalam perjalanan kami, sampai dengan kami sampai disimpang empat Pulo Mas. Sebagaimana layakanya persimpangan jalan besar di Jakarta dan/atau kota-kota lainnya di Indonesia, selalu saja ada saudara-saudara kita yang mencoba peruntungan mereka dalam mencari rejeki dengan ngamen, menjajakan makanan ringan, rokok, air mineral sampai saudara-saudara kita yang memanfaatkan kekhususan mereka untuk mendapatkan iba dari mereka yang lewat dengan cara memelas dan mengemis.

Dari sekian banyak tipe manusia dan cara yang digunakan oleh mereka yang mencari rejeki di persimpangan jalan, mulai dari lucu, menjengkelkan sampai kadang membuat kita kasihan, yang menurut saya paling unik dan tidak jarang membuat saya (atau mungkin Anda juga) adalah tingkah dan polah para Waria.

Selain karena penampilan mereka yang sering kali terlalu berlebihan juga karena beberapa komponen lain dari yang mereka kenakan ketika mereka berusaha bertahan hidup, sering tidak terasa pas. Seperti (maaf) memakai bra, gaun, rok mini, dll. Tapi tidak jarang pula menakutkan. Bayangkan saja, seorang pria tulen yang dibalut dalam pakaian wanita.

Nah, semalam itu seperti biasa, ada beberapa waria yang juga beraktifitas mencoba peruntungan mereka. Dari beberapa waria yang mendekati kendaraan kami, ada satu waria yang sedemikian gigih mencoba dengan ‘krencengan’ yang dia pakai sebagai modal untuk ngamen.

Apabila waria yang sebelumnya, ketika kita memberikan signal untuk tidak akan memberikan apa-apa kepada mereka maka mereka akan segera berlalu. Namun beda dengan waria yang terakhir yang gigih sekali. Walaupun kami sudah memberikan signal dari balik kaca, bahwa kami tidak akan memberikan apa-apa, dia tetap saja ngotot berdiri disamping kendaraan kami malam itu.

Karena kasihan dan sekaligus khawatir, waria itu nanti akan berbuat yang aneh-aneh (membaret mobil misalnya, dll) akhirnya diputuskan untuk memberi seadanya kepada si ‘mba’ waria itu.

Akhirnya Zikri sembari membuka kaca jendela mobil seadanya, menyerahkan Rp. 1.000,- kepada si waria itu. Dengan harapan si waria itu cepat berlalu. Alih-alih si waria itu bergegas pergi setelah menerima uang tersebut, dia malah mengajukan pertanyaan sebagai berikut:

Koh, saya cuman minta gope (Rp. 500,-) kok. Ini kembalian-nya gope ..”, sembari menunggu jawaban dan menunjukkan pecahan uang Rp. 500,-.

Tanpa memberikan jawaban apa-apa, Zikri menutup kaca mobil. Sontak, kami bertiga terdiam. Entah apa yang ada dalam benak kami masing-masing. Mungkin karena si waria tadi tidak mendapatkan respon atas pertanyaan-nya, akhirnya si waria itupun berlalu.

Entah Anda pernah mendapatkan pengalaman yang sama atau tidak, tapi jelas malam kemarin itu kami, mendapatkan satu pengalaman baru. Pengalaman baru yang bisa dikategorikan sebagai pengalaman unik dan lucu.

Setelah berlalu dari perempatan itu, kamipun tiba di Mall Kelapa Gading. Sepanjang jalan dari perempatan Pulo Mas itu, apa yang baru saja kami alami itu menjadi bahan guyonan kami. Kami bertigapun tertawa selepasnya mengingat pengalaman itu. Mungkin Anda juga demikian.

Namun, setelah saya pikir kembali. Apa yang sudah dilakukan oleh si waria tersebut adalah sebuah hal yang luar biasa. Uang yang senilai Rp. 1.000,- mungkin bagi Anda tidak terlalu berarti, tapi bisa jadi nilai tersebut bagi mereka sangat berarti untuk membantu mereka untuk sekedar menyambung hidup mereka ditengah kerasnya kehidupan kota seperti Jakarta ini.

Ditengah ketidakpeduliaan orang-orang yang bernasib baik dan bisa merasakan indahnya hidup dikota metropolitan seperti Jakarta ini. Yang memaksa mereka untuk melakukan apa saja untuk sekedar bertahan hidup.

Dengan kondisi si waria yang seperti itu, dia masih berpikir untuk mengembalikan dari apa yang dia rasa bukan sebagai hak dan miliknya.

Kontras bukan? Sementara waktu, diantara kita banyak orang yang sudah sangat bernasib baik, justru merasa bahwa hak dan milik mereka kurang. Coba simak saja berita di media massa yang dari kehari diisi oleh kasus-kasus kriminal kerah putih. Dimana para pelaku-nya berasal dari kalangan terhormat. Kalangan yang selalu mendapatkan tempat terdepan dan keutamaan dalam setiap kegiatan-kegiatan kenegaraan maupun sosial lainnya.

Nah, kalau kita tilik dari contoh kisah ini, manakah yang lebih terhormat; waria tadi atau para pembesar-pembesar kita yang selalu mendapatkan penghormatan dan keutamaan dinegeri ini.

Demikian sharing saya. Bisa jadi kisah ini tidak berarti apa-apa, tapi bisa jadi pula hal ini memberi sedikit pencerahan. Semoga.

4 Comments Add yours

  1. eRQee says:

    tokoh zikri dalam kisah di atas itu apa sama dengan zikri yang punya blog “Demi Tuhan, Bangsa dan Dokter Vera” itu kah?? ^_^

    *nice share Pak Ladung…

    Like

  2. Admin says:

    Benar sekali Mas Rizky. Kedua tokoh tersebut benar seperti yang tercantum disitus tersebut. Semoga bermanfaat.

    Like

  3. kurniadi says:

    bagus banget,kita pandang aja kedua sosok ini dari sudut yang berbeda mas, pemimpin dipilih bukan kehendaknya tetapi udah jelas deh ada yang memilih yaitu kita semua…ok yang diperlukan mereka semua adalah sikap menghormati kita semua individu terhadap mereka….saling mempercayai…mungkin unutuk waria tersebut anda menyoodorkan uang rp 1000 tetapi untuk orang krah putih ini adalah perhatian kita semua,termasuk bawaha-bawahannya…gak sedikit kok krah putih yang terseret akibat bujukan dan rayuan bawahan yang bisa menyesatkan mereka sebagai insan biasa yang tidak sempurna!!!!!

    Like

  4. erli says:

    Yap, belajar bisa dari mana saja, bahkan seorang waria pun

    Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.