Tuhan agamanya apa?

Anda mungkin terkejut dengan pertanyaan yang menjadi tajuk artikel ini, saya pun demikian ketika menemukan artikel ini. Yang muncul dalam benak saya ketika pertama kali mendapati tulisan ini adalah bermacam pertanyaan. Ada apa rupanya dengan pertanyaan diatas? Apakah pertanyaan di atas merupakan sebuah hal yang wajar, sopan dan memenuhi nalar kesusilaan bangsa Indonesia yang pada setiap kesempatan selalu mengaku beragama, ber-Tuhan, ber-iman? Atau pertanyaan diatas hanya sebuah metode mencari sensasi saja agar eyes-catching dan memaksa orang untuk membaca?

Pasti akan terdapat beragam respon artikel ini yang sifatnya dikotomis-diametris, anda boleh setuju dan boleh saja menentang. Masing-masing pasti memiliki nalar, latar belakang pemahaman dan kaidah-kaidahnya masing-masing. Berbeda? Itu pasti ! Tapi justru di situlah letaknya indahnya perbedaan.

Perbedaan pemahaman dan pendapat akan menjadi neraka justru apabila kita mempermasalahkan perbedaan itu. Perbedaan justru akan menjadi sebuah duri dalam daging, ketika kita setiap saat selalu memperdebatkan, mempertentangkan dan membawa perbedaan itu ke dalam debat kusir.

Saya bukan seorang ahli teologi, bukan pula seorang dengan latar belakang filsafat. Selain hanya ingin berbagi mengenai apa yang saya alami sehari-hari sebagai bagian dari negara yang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari itulah saya tidak berusaha membahas artikel dibawah ini dari sudut pandang teologis dan filosofis, walaupun tulisan berikut diawali dengan dialog mengenai Tuhan.

Tulisan di bawah ini saya temukan pada group Kompasiana di Facebook. Dan tulisan ini adalah karya Danny Indrianto. Saya sudah mendapatkan ijin tertulis dari beliau untuk menyalin tulisan tersebut kedalam blog ini.

TUHAN AGAMANYA APA?

by Danny Indrianto

Bismillahirrahmanirrohiim

Dengan nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Dengan nama Tuhan Pencipta Sekalian Alam, Yang Memberi Hidup.

Dengan kemurahan dan kepeduliaan Alam, Sahabat Sejatiku.

Dengan teman diskusi dan berbagi, Saudara Sejatiku.

Dengan bimbingan dan arahan Guru Sejatiku.

Dengan semua Pelajaran Sejatiku.

Dengan semua cahaya yang menerangiku.

Tulisan kembali disajikan, semoga bermanfaat.

Tulisan ini terinspirasi dengan sebuah kejadian luar biasa, di mana beberapa tokoh agama hadir dalam sebuah forum tanpa disengaja. Sesungguhnya di daerah Banyumas ada seorang bijak yang dikenal sebagai Ki Bengawan Solo. Dilalah, pada suatu hari dirumah tersebut kedatangan tamu yang kebetulan beberapa tokoh agama, ada yang beragama Islam, ada yang beragama Katolik, Protestan, Hindu dan Budha, bahkan secara kebetulan hadir pula tokoh dari aliran kepercayaan.

Nah, seperti biasa sebelum tuan rumah keluar dari kamar, mereka berdiskusi. Menariknya, mereka berdiskusi tentang Tuhan dan sudah dapat diduga masing-masing tokoh agama menyatakan bahwa ajaran merekalah yang paling baik dan benar! Suasana makin panas, makin tegang dan perdebatan mengarah pada emosi dan luapan hati masing-masing pihak, dan setiap pihak merasa paling benar.

Nah, di tengah suasana yang semakin tidak kondusif tersebut, tiba-tiba munculah tuan rumah dan duduk diantara para tamu tersebut. Ki Bengawan solo agak kaget melihat suasana yang kurang nyaman dan pada akhirnya beliau memahami apa yang terjadi. Sebelum beliau sempat bicara, setiap tamu angkat bicara tentang kasus perdebatan yang mereka alami. Sampai suatu saat setelah setiap pihak bicara, akhirnya mereka memohon petunjuk bijak dari Ki Bengawan Solo. Siapa sesungguhnya di antara mereka yang paling benar?

PERTANYAAN KI BEGAWAN SOLO

Ki Bengawan Solo dengan tenang mengeluarkan pernyataan sebagai berikut: Setiap agama mengajarkan kebenaran dan kebaikan. Nah, sebelum saya jawab pertanyaan sampeyan tentang agama mana yang paling baik atau paling benar, saya mengajukan sebuah syarat agar dijawab terlebih dahulu Jika di antara kalian ada yang mampu menjawab maka saya akan menyatakan agama mana yang paling baik dan paling benar. Pertanyaannya adalah TUHAN AGAMANYA APA?

Ternyata tidak ada satu-pun yang mampu menjawab pertanyaan ini. Akhirnya Ki Bengawan Solo melanjutkan wejangannya. Di dalam agama Islam diajarkan tentang sikap mengenai konsep agamaku-agamaku dan agamamu-agamamu, artinya betapa toleransinya umat Islam menyangkut persoalan keagamaan. Jika kita masuk dalam kompleks Candi Prambanan apakah pernah kita ketahui bahwa di kompleks Candi beragama Hindu tersebut terdapata miniatur Candi Borobudur yang notabene Candinya umat Budha. Leluhur kita-pun sudah mengajarkan prinsip-prinsip toleransi beragama.

HIKMAH APA YANG BISA DIPETIK

Apa yang menarik dari peristiwa besar ini? Jika meyakini terhadap sebuah kebenaran maka galilah kedalamannya. Persoalan Tuhan sangat pribadi tetapi irisannya terletak pada persoalan kemasyarakatan. Jika kita mempercayai Tuhan yang Esa…Tuhan-nya manusia…Tuhan yang substansial…mestinya tugas-tugas ketuhanan tersebut kita ambil. Betapa Tuhan sangat mengagumi hasil karya cipta terbesar ciptaannya yaitu manusia. Tuhan saja kagum dengan hasil ciptaanya, mengapa manusia sebagai makhluk yang diciptakan terlalu sombong untuk tidak memperhatikan manusia lainnya. Mestinya semua agama dan para tokohnya berbondong-bondong menyelamatkan umat manusia. Berbondong-bondong dan bahu membahu menciptakan manusia yang sejahtera dan mampu menjamin kehidupan ekonominya. Seperti Tuhan-pun menjamin ekonomi setiap makhluknya. Mengapa kita tidak gotong royong menyelamatkan umat manusia sebagai maha karya terbaik Tuhan? Dan harus diingat bangsa kita akan menjadi bangsa besar jika mampu mengoptimalkan aset ini. Aset manusia Indonesia akan lebih berharga daripada emas kuning, emas putih maupun emas hitam?

Salam!

Silih Wangi, Saling Mengharumkan. Silih asah, saling berbagi. Silih asih, saling mengasihi. Silih asuh, saling menjaga.

Bagi saya sendiri, tulisan di atas sungguh sangat menarik, singkat namun dalam, dan kritis.

Saya berhasil memahami pertanyaan sang Ki Begawan Solo kepada para tamu-nya sebagai sebuah ‘pengingat manis’ (baca: sweet reminder) kepada para tamu-nya saat itu dan juga kita semua. Saya dapat memahami artikel di atas dalam wacana kebangsaan, tidak terjerumus dan terjebak ke dalam wacana yang sempit tentang debat di seputar pemahaman teologis (walaupun topik artikel berasal dari soal agama dan ke-Tuhanan), apalagi mempertanyakan keberadaan Tuhan.

Artikel ini harusnya menjadi sajian wajib bagi para pemimpin agama (terutama mereka yang selalu berkoar-koar tentang kebenaran yang mereka suguhkan) dan para politikus (politikus korup dan munafik) yang selalu mengkotak-kotakan golongan-nya di tengah keberagaman bangsa ini, demi kepentingan segelintir orang saja.

Dikotomi (sosial, agama, ekonomi, budaya, dll) yang sering terjadi pada elemen bangsa yang memang dasarnya sudah berbeda ini, justru memperparah situasi. Terlebih tindakan semacam itu, kalau kita simak seolah-olah di-amin-kan oleh negara sebagai lembaga yang menjalankan roda pemerintahan negeri ini. Terlebih ketika negara hanya berpangku tangan dan diam dalam menghadapi gesekan yang selalu saja berakhir dengan tindak kekerasan dan pengerusakan.

“Tindak kekerasan adalah bentuk lain dari kemalasan. Ia digunakan oleh orang-orang yang tidak mau bergumul dengan karunia akalnya. Mereka enggan menempa diri dengan belajar, menganalisis persoalan secara cermat, berargumen, apalagi berdialog.” (Prof. Dr. Khaled Abou El Fadl)

Bila anda memiliki pendapat anda sendiri silahkan, karena kita memang berbeda layaknya sidik jari yang tidak akan pernah sama. Sebuah ungkapan yang mungkin retoris dan klise bagi anda, tapi memang demikianlah adanya.

4 Comments Add yours

  1. Gak ada habisnya kalo diskusi soal agama. tiap agama menyatakan bahwa tuhannya benar. bingung kan mau pilih yang mana? hehe. yang saya tau tuhan itu cuma satu.

    Like

  2. sasafl says:

    dialog agama itu rame tp membingungkan

    Like

  3. Betul sekali, Musti menghargai keyakinan orang lain, jangan meruntuhkan keyakinan orang lain.

    Like

  4. Boy Suro says:

    Tuhan telah menciptakan ayat2nya baik yang tersurat maupun yang tersirat (dalam ciptaannya). Baca aja, kalo Anda memang “pinter” maka Anda dapat memilih mana yang asli, mana yang buatan, mana yang lebih dekat dengan kebenaran dari Tuhan. Susah amat Bro…

    Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.