Dan DJI MAVIC PRO Nyungsep

“Shit happens” kira-kira demikian ungkapan yang sering kita dengar apabila terjadi sebuah kejadian yang tidak sesuai dengan ekspektasi dan rencana kita. Dan kira-kirademikian yang saya alami pada hari Selasa tanggal 1 Agustus 2017 sekitar pukul 16:30 WIB yang lalu.

Wahana nirawak atau drone yang saya gunakan mengalami fly away ketika saya sedang melaksanakan pekerjaan survei visual (bukan aerial mapping) disalah satu sudut hutan Kalimantan Tengah. Penugasan semacam ini adalah penugasan yang kesekian kalinya bagi saya.

Kali ini saya menggunakan DJI Mavic Pro. Mengapa saya menggunakan Mavic untuk pekerjaan tersebut adalah karena jalur yang harus saya tempuh lumayan rapat dengan pepohonan, serta karena tujuan pekerjaan adalah untuk melihat kontur serta kondisi badan jalan, maka saya akan lebih sering terbang pada ketinggian maksimal 7 meter dan tidak lebih dari itu. Oleh karena hal itu, maka saya memutuskan menggunakan DJI Mavic Pro. Selain karena Mavic sudah dilengkapi sensor obstacle avoidance, juga karena ukuran Mavic yang kecil dan ringkas bila akan dibawa-bawa. Namun demikian, saya tetap membawa drone cadangan, yaitu sebuah DJI Inspire 1 Pro yang dilengkapi dengan kamera DJI Zenmuse X5.

Agaknya diantara anda ada yang bertanya mengapa bisa terjadi fly away? Nah, berikut ini saya bagikan kronologis kejadian serta apa yang menjadi penyebab utama terjadinya insiden tersebut.

Kronologis

Seperti yang sudah saya utarakan sebelumnya, bahwa saya mendapatkan penugasan dari klien saya untuk melakukan survei kondisi jalan darat dan total panjang jalan yang harus disurvei adalah 45 kilometer. Saya menggunakan OPTI Mode ketika menerbangkan Mavic saya tersebut, sehingga Mavic dapat bermanuver dengan lebih stabil dan tenang karena panduan dari GPS yang mencukupi (kekuatan indikator signal GPS lebih dari 10).

DJI Mavic Pro saya kontrol dari dalam kendaraan roda empat yang juga turut bergerak. Drone itu berada di depan, dan saya berada berada di belakangnya. Karena ketinggian terbang yang tidak lebih dari 7 meter, maka saya masih relatif lebih mudah memantau pergerakan Mavic dari dalam kabin mobil, sembari sesekali saya menyimak footage pada remote yang saya gunakan.

Jarak tempuh Mavic Pro juga menjadi salah satu faktor yang mendukung, ekspektasinya adalah pada setiap 8 kilometer, saya akan berhenti untuk mengganti baterai dan kembali melakukan kalibrasi kompas dan GPS agar Mavic dapat mengenali titik homebasenya apabila saya kehilangan kontrol terhadap drone itu. Dan untuk memperpanjang jarak tempuh, saya menurunkan treshold/ambang batas minimum baterai dari 30 persen menjadi 20 persen.

Pada satu titik saya berhenti dan masih asik di dalam kabin mobil melengkapi checklist yang saya buat untuk menandai footage yang saya rekam sudah sampai pada kilometer berapa. Ketika berhenti itu, sudah ada warning pada remote saya bahwa kapasitas baterai drone saya itu sudah melewati batas 30%, namun karena sedang asik mengisi dan melengkapi checklist, saya lupa untuk menurunkan terlebih dahulu drone saya itu. Jadi pada saat saya berhenti dan sedang mengisi checklist, drone itu tersebut berada pada posisi hovering/melayang di udara pada ketinggian 5 meter persis di depan mobil yang saya tumpangi.

Belum selesai saya mengisi checklist, tiba-tiba drone saya itu ascending secara tiba-tiba dan pada remote muncul notifikasi bahwa drone saya akan RTH. Sontak saya kaget, dan langsung keluar dari mobil. Pada saat ini, ketika RTH drone itu sempat menabrak ranting pohon yang tingginya sekitar 20 sampai 35 meter. Dan saya berhasil untuk menurunkan kembali drone itu dan saya pegang dari bawah, pada saat ini drone masih dalam keadaan menyala dan baling-baling masih berputar.

Setelah beberapa saat ketika saya tahan dengan tangan, pada remote muncul notifikasi “Motor Over Load” yang disusul dengan notifikasi “Motor Over Heat”, dan drone saya itu tidak dapat saya matikan dari remote (bahkan dengan CSC). Pada saat itu satu-satunya cara mematikan drone itu adalah dengan menarik drone lebih ke bawah dan berada lebih rendah dari saya, dan kemudian mematikan drone itu secara manual dengan menekan tombol power pada drone dari atas. Suatu hal yang ketika itu saya pikir sangat berbahaya, karena bisa menimbulkan kecelakaan.

Dengan pertimbangan itu, serta menghitung bahwa apabila drone itu saya paksa tahan dengan tangan akan berpotensi bahaya pada tangan saya (karena sudah ada notifikasi over load dan over heat), lantas secara sadar saya melepas drone itu. Yang kemudian, sesuai dengan parameter yang saya terapkan, drone itu ascending ke ketinggian 150 meter sebelum RTH. Pada saat itu saya sadar betul bawah drone tersebut tidak akan sampai di titik RTH, karena posisi baterai yang minim. Dan benar saja drone itu tidak lama kemudian disconnected.

Dari flight record yang tersedia pada aplikasi DJI GO 4, drone saya tersebut jatuh pada satu titik yang berjarak 1.186.6 meter dari lokasi saya berada dan harusnya drone itu sekarang berada di tengah rimbunnya hutan Kalimantan Tengah. Saya sudah membuka sayembara kecil-kecilan bagi masyarakat yang ada disekitar tempat saya terbang, apabila ada yang bisa menemukan drone saya itu maka akan mendapatkan sejumlah dana dari saya, ya walaupun saya tidak sudah berharap lagi drone itu bisa ditemukan.

Remediasi

Lantas apa yang saya lakukan setelahnya? Ya saya terbang lagi dengan DJI Inspire 1 Pro yang saya juga bawa. Karena “shows must go on” bukan ☺

Namun tentu terbang dengan DJI Inspire 1 Pro lebih membutuhkan perhatian lebih dan kehati-hatian ekstra. Karena Inspire 1 Pro belum dilengkapi dengan sensor obstacle advoidance, serta ukuran DJI Inspire 1 Pro yang jauh lebih besar dari DJI Mavic Pro sehingga bermanuver pada ruas jalan dengan kerapatan serta tingkat elevasi jalan (tanjakan dan turunan) yang berbeda-beda itu benar-benar dibutuhkan keterampilan ekstra.

Selain harus lebih hati-hati, jarak tempuh terjauh DJI Inspire 1 Pro juga hanya 3 kilometer. Sehingga saya harus berhenti setiap 3 kilometer untuk restart dan kalibrasi drone itu agar RTH base dihitung dari 0 lagi dan saya bisa menerapkan maximum distance 3 kilometer itu, dan menandai RTH base yang baru.

Lesson Learn

Ini adalah kali kedua saya mengalami insiden ketika sedang menggunakan drone, setelah sekitar 2 tahun lalu Inspire 1 Pro Black Edition yang saya gunakan mengalami crash di halaman kantor Bupati Subang, Jawa Barat.

Dari kronologis sebelumnya itu dan kronologis yang satu ini, dapat jelas kita simpulkan bersama bahwa insiden tersebut terjadi karena HUMAN ERROR atau KELALAIAN saya sendiri dan bukan karena wahana nirawak yang saya gunakan. Suatu hal yang mungkin tabu untuk diakui oleh banyak orang. Dalam skenario yang saya alami diatas, usahakan parameter RTH jangan digunakan, lebih baik pilih HOVER saja untuk menghindari drone mengalami fly away.

Response pembaca artikel ini tentu juga bisa beragam, tapi satu hal yang jelas, barangkali apa yang saya alami ini bisa menjadi catatan serta memberikan pencerahan kepada anda yang menyimak artikel ini agar bisa lebih berhati-hati serta lebih awas ketika sedang menggunakan wahana nirawak, terlebih sekarang wahana nirawak yang dilengkapi dengan kamera sudah lebih mudah didapatkan dengan harga yang harusnya teramat sangat terjangkau oleh banyak kalangan.

Dan tentu saja, tetaplah sedapat mungkin untuk tidak memaksakan situasi, karena perangkat yang kita gunakan itu tentu sudah melalui serangkai uji coba dan parameter yang tercantum pada manual produk perangkat itu berdasarkan hasil dari serangkaian uji coba yang telah dilakukan oleh produsen produk yang bersangkutan.

Puji Tuhan saya dapat menyelesainkan assignment kali ini sesuai dengan rencana, walaupun kedua jempol dan jari telunjuk saya lumayan jadi berotot karena menerbangkan DJI Inspire 1 Pro yang lebih garang ☺

Nasehat orang tua kita dulu yang mengatakan “yang sedang-sedang saja” kiranya ada benarnya juga dan saya baru saja merasakannya. Oiya sampai dengan saya mengunggah artikel ini, DJI Mavic Pro saya itu juga belum ditemukan.

Cuplikan hasil dari assignment dapat disimak disini.

IMG_5630

11 Comments Add yours

  1. Danang says:

    Sing ati2 nggih pakde Ladung, secuil hasil assignment bisa buat mavic pro lagi. 😁

    Like

    1. Ah Om Danang bisa saja. Nanti saya nabung 10 tahun dulu yah 🙂

      Like

    2. Gatot says:

      Kalteng di daerah mana om Kalteng kan luas hehehe

      Like

    3. Gatot says:

      Kalteng di daerah mana om Kalteng kan luas hehehe

      Like

  2. Mantab nih sharingnnya, armadanya juga mantab abis :D, semoga lekas ketemu atau di beri yg lebih baik nih mavicnya 😀

    Like

  3. Anthony says:

    Saya pernah ngalamin critical low baterai RTH dan mavicnya terbang naik..tapi bisa saya tahan naiknya dengan throttle down ya dan buru2 saya masuk seting dan diset hover dan sukses ya…apakah tidak bisa di unitnya om Yulianus?

    Like

  4. Perlu banyak balajar nih spertinya saya sama chief Ladung..hehe

    Like

  5. Christo says:

    Trmkasih sharing nya capt. Ladung

    Like

  6. Salam kenal,
    Pak itu hasil foto kan ada di SD Card Mavic. Kalau Drone Fly Away trus hasil fotonya didapat dari mana ?
    Mungkin bisa bapak sharingkan disini.
    Sebelumnya tks

    Like

  7. Pak Landung mohon tanya gimana caranya menerbangkan Mavic dg OPTI Mode tapi berbasis GPS. Ada RTH nya?
    Saya baru tahu begitu RTH ke Set itu sudah tidak ke OPTI mode.
    Apa kita cukup switch ke Sport Mode ?
    Suwun

    Like

    1. Maaf baru balas. Iya Om, hanya bisa di Sport Mode …

      Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.