Pulau Obi di Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, bisa jadi lumayan asing untuk sebagian besar dari kita, tapi rasanya tidak demikian bagi mereka yang berkecimpung dalam industri energi dan pertambangan, terutama nikel di Indonesia.
Di pulau tersebut, terdapat kawasan pertambangan dan hilirisasi nikel terintegrasi yang mulai beroperasi sejak tahun 2010 yang kemudian diikuti dengan pembangunan fasilitas pengolahan produk turunan dari nikel, seperti Smelter dan Refinery sejak tahun 2015. Lantas pada tahun 2023, industri yang dijalankan oleh Harita Nickel tersebut berhasil memproduksi Nikel Sulfat dan Kobalt Sulfat dari pabrik mereka sendiri, yang memiliki kapasitas produksi terbesar di dunia. Sebagai informasi, mereka adalah pihak pertama di Indonesia yg berhasil memproduksi dua bahan baku utama baterai kendaraan listrik tersebut.
Tidak hanya terbesar di dunia, kami juga mendapatkan informasi bahwa ternyata 85% lebih dari 20.000 pekerja di lokasi tersebut adalah warga negara Republik Indonesia dan sekitar 50% di antaranya merupakan putra-putri yang berasal dari Maluku Utara. Maka tidak terlampau mengherankan ketika selama di sana, kami bisa merasakan kentalnya nuansa Indonesia Timurnya.

Berawal dari sebuah diskusi singkat pada pertengahan tahun 2023 yang lalu tentang keiginan kami untuk berkunjung ke Pulau Obi, lantas dilanjutkan dengan beberapa diskusi ringan, akhirnya sejak tanggal 17 Maret 2024 hingga 23 Maret 2024, kami mendapat ajakan dari Harita Nickel untuk berkunjung ke Pulau Obi dan sekitarnya.
Ajakan tersebut untuk bisa menyaksikan langsung good mining practice yang telah dilakukan oleh Harita Nickel dan pengelolaan sumber daya alam yang mengutamakan prinsip berkelanjutan yang terdapat di Pulau Obi. Di sana kami mendapatkan informasi bahwa ternyata 85% pekerja di lokasi tersebut adalah warga negara Republik Indonesia dan sekitar 50% di antaranya merupakan putra-putri yang berasal dari Maluku Utara. Tidak heran selama di sana, kental terasa nuansa Indonesia Timurnya.
Transit di Manado
Tujuan pertama kami dalam #yukjalanjalan kali ini sebelum tiba di Pulau Obi adalah Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara.
Perjalanan yang lumayan panjang kami tempuh dengan menggunakan pesawat udara maupun kapal laut menuju ke Kota Manado, kemudian kami lanjutkan lagi ke Kota Ternate di Pulau Ternate dan Kota Labuha di Pulau Bacan.
Karena kami tidak bisa mendapatkan tiket pesawat udara untuk kami semua dengan rute Manado ke Ternate dan karena ada perubahan jadwal oleh pihak maskapai yang kami gunakan, maka keberangkatan kami ke Pulau Obi dibagi menjadi 2 gelombang.
Stenly Pontolawokang adalah yang berangkat paling awal dari tempat asalnya di Pulau Sangihe menuju ke Manado pada tanggal 16 Maret 2024. Saya sendiri terbang ke Manado dari Jakarta pada tanggal 17 Maret 2024, sehingga Stenly dan saya adalah bagian dari rombongan kami yang pertama kali tiba di Kota Manado.
Lantas pada tanggal 17 Maret 2024, Mas Beawiharta, Agan Harahap, Andika Oky Arisandi memulai perjalanan mereka ke Kota Jakarta.
Mas Beawiharta dan Agan Harahap terbang dari Yogyakarta. Sedangkan Andika Oky Arisandi harus menempuh perjalanan darat dari dari Blitar dan melanjutkan penerbangan ke Jakarta dari bandar udara Juanda di Sidoarjo.
Mereka bertiga harus terbang terlebih dahulu menuju ke Jakarta dan menginap semalam dulu di Jakarta sebelum keesokan harinya melanjutkan perjalan lagi ke Manado bersama dengan kawan-kawan-kawan lainnya; Chintya Tengens, Gregorius Bhisma Adinaya, Martha Chiquita Taruli Simanjuntak dan Nawanto yang menyusul terbang ke Kota Manado pada tanggal 18 Maret 2024.
Sehingga pada tanggal 18 Maret 2024 kami sudah berjumlah 9 orang dan menjadi rombongan pertama yang bertolak ke Pulau Obi dari Kota Manado.
Lantas pada tanggal 19 Maret 2024, menyusul rombongan kedua yang terdiri dari Mba Anie Rahmi, Mba Casandra Gitapuri, Bang Arbain Rambey, Barry Kusuma, Hari Abriyanto dan Doni Fabrianus.
Ganti pesawat 3 (tiga) kali
Setelah menempuh perjalanan selama lebih dari 24 jam, akhirnya kedua rombongan kami pada tanggal 19 Maret 2024 lengkap berjumlah 11 orang yang telah tiba di Pulau Obi.
Sebenarnya bagi sebagian besar dari kami perjalanan panjang seperti menuju ke Pulau Obi ini bukanlah barang baru. Namun perjalanan panjang kali menjadi sangat spesial karena ini adalah kali pertama kami berhasil traveling bersama.
Mulai dari rute perjalanan udara dengan berganti pesawat sebanyak 3 kali rute penerbangan, yang kemudian kami lanjutkan dengan moda transportasi terakhir, kami menggunakan speed boat untuk menuju Pulau Obi selama 3,5 jam. Sungguh perjalanan yang tidak mudah dan tidak pula murah.


Obi memang spesial !!!
Dalam kunjungan kami yang lumayan singkat kali ini, kami bisa belajar sekali hal baru. Tidak hanya tentang bagaimana proses panjang dalam industri nikel itu dilakukan, melainkan sama seperti cerita #yukjalanjalan lainnya, kami bisa belajar dari kawan-kawan baru kami di Pulau Obi tentang banyak hal, termasuk menikmati keindahan alamnya, keunikan budayanya, dan banyak hal baru lainnya.
Salah satunya adalah tentang pemukiman Desa Kawasi baru. Sebuah kawasan pemukiman yang dirancang, disiapkan serta dibangun oleh Harita Nickel. Pemukiman modern yang lengkap dengan sarana air bersih, listrik, pendidikan, rumah ibadah, olah-raga, pusat perdanganan dan perbelanjaan, pusat kesehatan serta beragam sarana lainnya. Di kawasan ini terdapat 259 rumah hunian yang telah dibangun oleh Harita Nickel bagi warga asli Desa Kawasi.


Pemukiman yang dibangun oleh Harita Nickel untuk mendukung kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Halmahera Selatan yang bermaksud melakukan relokasi warga Desa Kawasi lama ke kawasan pemukiman Kawasi baru yang lebih layak sebagai kawasan hunian bagi warga.
Skema kepemilikan hunian di kawasan pemukiman Kawasi tidak akan ditentukan oleh Harita Nickel baru tidak akan ditentukan oleh Harita Nickel, melainan akan diatur bersama oleh warga desa Kawasi, pemerintah daerah serta para pihak terkait.
Walaupun berada di tepian pantai, kami mendapatkan informasi bahwa ternyata warga Desa Kawasi yang mayoritas berprofesi berprofesi sebagai petani tradisional di kebun dan ladang mereka. Menjadi nelayan tangkap tradisional di laut Obi justru dilakukan oleh warga Desa Kawasi ketika mereka sedang menunggu masa tanam dan panen. Sehingga pemukiman Kawasi baru dapat membantu warga, karena lokasinya yang lebih dekat ke jalur perkebunan dan ladang mereka.
Kebijakan dari pemerintah daerah Halmahera Selatan kawasan Desa Kawasi yang akan sekarang akan menjadi ruang terbuka hijau yang dilengkapi dengan beragam fasilitas umum yang bisa digunakan oleh warga Kawasi.
Selain kawasan pemukiman Kawasi baru, Harita Nickel juga menyiapkan satu sarana pendidikan bagi warga Kawasi untuk bercocok tanam dan berternak, yaitu Salam Kawasi. Di Salam Kawasi kita dapat menyimak beragam program edukasi bagi warga Kawasi untuk dapat meningkatkan keterampilan, keahlian serta peluang untuk meningkatkan pendapatan mereka.

Semoga bukan yang terakhir
Kami semua sungguh sangat bersyukur dan senang karena telah bisa mendapatkan kesempatan berkunjung ke Pulau Obi kali ini. Walau lumayan melelahkan, tapi kelelahan itu terbayar lunas dengan semua pengalaman dan cerita yang kami dapat dari Pulau Obi.

















Di Pulau Obi juga Stenly berhasil mendokumentasi beberapa serangga yang kiranya bisa menjadi salah satu indikator bahwa kondisi alam di Pulau Obi masih lumayan terjaga walaupun terdapat kegiatan industri nikel di sana.






Fasilitas akomodasi oleh Harita Nickel yang diberikan kepada kami juga sungguh di luar dugaan kami semua. Kamar-kamar yang tidak hanya bersih, melainkan juga nyaman.







Syukur Dofu-Dofu kepada Mba Anie, Mas Bhisma, Mba Martha, dan kawan-kawan di Harita Nickel yang telah mengundang kami berkunjung ke Pulau Obi, memfasilitasi #yukjalanjalan kami ke Pulau Obi.
Saya akan melanjutkan kisah dari Pulau Obi pada artikel selanjutnya. Dan untuk yang penasaran dengan kisah-kisah kami, bisa disimak di akun Instagram kawan-kawan yang di atas ya, dan jangan lupa follow akun Instagram mereka dan Harita Nickel juga ☺️
Dari Obi, untuk Indonesia, untuk Dunia!
#HaritaNickel #DariObiUntukIndonesia
Discover more from Yulianus Ladung
Subscribe to get the latest posts sent to your email.