Indonesia yang SEMAKIN TIDAK Indonesia

Pagi tadi saya dikejutkan oleh sebuah berita yang ditayangkan di MetroTV. Berita yang bertajuk Gatot Kaca di Purwakarta Dirobohkan dan Dibakar sungguh terasa sangat mengganggu logika, rasa dan empati serta idealisme nasionalis saya. Entah sudah kali keberapa hal atau kejadian sejenis terjadi dinegeri ini. Dari sekian banyak kejadian (baca: pengerusakan fasilitas publik, aset pribadi maupun aset negara), tidak sedikit yang selalu mengusung topik AGAMA. Ya hal itu benar adanya, dinegeri yang katanya menjunjung tinggi KETUHANAN YANG MAHA ESA ini, agama merupakan sebuah komoditi.

Komoditi yang dapat berdampak baik, namun seringkali digunakan oleh sebagian kecil warga negara ini untuk hal-hal yang teramat sangat berdampak buruk. Tidak hanya bagi pencitraan (yang bagi pemerintahan sekarang sangat penting), juga bagi kondisi dan keseimbangan kehidupan sosial, budaya dan keamanan negeri ini.

Setelah mengikuti berita yang disampaikan oleh Metro TV tersebut dan kemudian dilansir oleh media lain, muncul pertanyaan, apakah negeri ini adalah Indonesia yang merupakan negara saya? Atau ini benar adalah Indonesia, namun sudah tidak lagi Indonesia.

Dan diikuti oleh setumpuk rasa heran dan pertanyaan lain.

Ada apakah kiranya gerangan dengan patung-patung tersebut?

Apakah tokoh pewayangan seperti Bima, Semar, Gatot Kaca, dll yang merupakan salah satu warisan budaya dinegeri yang bernama Indonesia ini, adalah sebuah aib dan kemudian menjadikan negeri ini menjadi seperti Sodom dan Gomorah? Karena dilaknat, dihukum, dihakimi dan dibinasakan oleh Sang Maha Mulia dan Kuasa yang kita imani (melalui agama kita masing-masing) yang kita kenal dan akrabi sebagai Tuhan, Allah, Yahwe (atau apapun sebutan kita)?

Apakah pembumihangusan patung-patung tersebut, murni karena masalah moral, etika dan empati keberagamaan atau karena ego, kuasa, rasa angkuh, keras kepala, emosi jahat dan nafsu untuk selalu menjadi yang paling benar dan paling saleh?

Apakah benar mereka yang melakukan pembongkaran (kalau tidak mau disebut sebagai pengerusakan fasilitas publik dan aset negara) merupakan representatif dari masyarakat?

Lantas dimana pihak keamanan (baca: POLRI) dan pemerintah, yang sudah jelas menerima pendapatan mereka dari pajak yang kita bayarkan?

Atau benarkah ada semacam pembiaran yang dilakukan (secara sengaja) oleh pihak keamanan dan pemerintah?

Yang jelas, saya bukan pendukung para perusak itu dan bukan pula anggota dari masyarakat yang diwakili oleh para pelaku tindakan anarkis tersebut. Saya adalah pendukung untuk segera dibubarkan-nya segala jenis ORMAS (Organisasi Massa) yang selama ini sudah bisa kita identifikasi sebagai ormas pengecut (selalu bertindak beramai-ramai dan secara sembunyi-sembunyi) dan pemecah belah bangsa ini.

Semoga pemerintah, dalam hal ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang merupakan pemegang tampuk tertinggi dari penguasa dinegeri ini, dapat terbuka hati nuraninya agar segera menyadari, bahwa apabila pemerintahan yang dia pimpin saat ini tidak tegas terhadap kelompok masyarakat seperti itu, maka dikemudian hari besar kemungkinan akan terjadi gesekan-gesekan yang semakin mengancam eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

One Comment Add yours

  1. Maria Aliza says:

    memang akhir-akhir ini banyak sekali kejadian-kejadian anarki seperti itu, seperti waktu demo mengenai UMK yang tidak ada kesepakatan antara buruh dan pengusaha di daerah cikarang. sungguh menyedihkan bangsa ini.

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.