Dua Tips Andalan Dan Jitu Dalam Fotografi

“Itu dimana? Kok bisa dapat foto begitu?”

“Lho, kapan dia moret itu? Tau gitu kan gue ikutan moto.”

“Ah ga asik lo, motret disitu ga bekabar.”

“An**** dahan pohonnya sudah ga ada lagi !!! Niat banget sih yang motong dahannya.”

Kamu pernah mendapatkan pertanyaan dan pernyataan seperti itu?

Bagi sebagian orang mungkin saja kalimat seperti di atas itu terdengar sederhana dan receh. Tapi sesungguhnya hal tersebut adalah representasi dari beberapa hal yang juga turut mendukung proses pembuatan karya foto serta aspek lainnya di seputarnya.

Sama seperti profesi lainnya, ada banyak cara yang layak ditempuh untuk membantu seseorang menjadi fotografer yang sukses, selain keterampilan memotret tentunya.

Seperti yang sudah dijelaskan pada artikel saya tahun 2016 yang lalu; 5 Tip Menjadi Fotografer Handal, pada artikel ini saya ingin menambahkan beberapa hal lainnya.

Berikut adalah dua cara jitu yang sering kali terlupakan dan cenderung diabaikan oleh banyak orang, khususnya bagi mereka yang hobi fotografi atau bahkan bagi kawan-kawan yang baru mulai menekuni fotografi sebagai sebuah profesi.

Akses

Memiliki akses ke sebuah tempat, ke seseorang atau ke sekelompok orang atau ke sebuah objek adalah cara jitu pertama yang bisa ditempuh untuk menghasilkan foto yang cemerlang dan unik (tidak dimiliki oleh orang lain bahkan).

Ketika kita bisa mendapatkan akses yang sulit, hampir dapat dipastikan kita akan bisa menghasilkan foto-foto yang berpotensi membuat kagum mereka yang meyimak foto yang kita buat.

Banyak sekali referensi foto yang sebenarnya secara teknis fotografi tidak terlampau sulit dilakukan dan bisa dibuat oleh siapa saja, bahkan dengan perangkat apapun, namun karena akses untuk memotret subjek atau objeknya yang merupakan POI (Point-Of-Interest) dari foto itu sangat sulit didapat, maka foto tersebut menjadi spesial dan jadi rebutan banyak orang.

Foto Lynsey di atas adalah gambaran tentang akses yang saya maksud pada artikel ini. Tanpa akses yang memadai (dan keterampilan fotografi yang mumpuni, juga disertai dengan keberanian di atas rata-rata), Lynsey tentu tidak akan dapat membuat dokumentasi foto situasi perang di Afghanistan itu.

Ketika jaman FN atau fotografer.net dulu, sempat ada sebuah foto yang dibuat di salah satu sudut Gunung Bromo dengan menggunakan sebuah dahan pohon sebagai foreground dan frame pada foto tersebut. Lantas karena memang memiliki kualitas yang baik, komposisi yang tepat, dan faktor lainnya, maka foto tersebut menjadi FPE (Foto Pilihan Editor) dan sang fotografer didaulat menjadi FGPE (Fotografer Pilihan Editor).

Dan seperti yang bisa diduga sebelumnya, karena ramai diperbincangkan, lantas kemudian banyak fotografer yang berbondong-bondong berusaha untuk membuat foto dari sudut yang serupa dari foto yang ramai tersebut.

Namun para fotografer yang menyusul itu ternyata tidak bisa membuat foto dengan hasil yang mendekati foto referensi yang sudah ramai di FN ketika itu.

Kenapa?

Entah oleh siapa dan mengapa, namun dahan pohon yang menjadikan foto itu sangat khas katanya telah dipotong atau ditebang. Ketika dahan tersebut sudah ditebang, maka hilanglah sudah akses para fotografer lainnya untuk bisa menghasilkan foto Gunung Bromo yang serupa.

Kisah tentang dahan pohon tersebut dapat menjadi sebuah referensi tentang betapa pentingnya akses ke sebuah objek dan subjek. Bahkan tidak jarang, terjadi persaingan yang amat sangat untuk mendapatkan sebuah akses.

Namun untuk bisa mendapatkan akses, tentu dibutuhkan keterampilan untuk melakukan lobi yang memadai juga. Selain keterampilan lobi yang handal, banyak juga lokasi, subjek, dan pemilik objek yang sangat selektif untuk memberikan akses foto. Mereka butuh diyakinkan sebelum berkenan memberikan akses.

Bahkan ada beberapa kawan yang pernah berbagi cerita ke saya bahwa mereka sampai mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk bisa mendapatkan akses memotret di sebuah lokasi dan juga memotret beberapa orang tokoh.

Nah, bagaimana cara dan upaya untuk mendapatkan akses itulah yang patut diperjuangkan, dilatih serta dirancang dengan matang, salah satunya adalah dengan memiliki portfolio yang sesuai dengan akses yang dibutuhkan.

Momentum

Selain akses, momentum juga adalah unsur yang sangat penting dalam fotografi.

Kerap kali sebuah foto yang “laris” itu bukan karena kesempurnaan dalam hal teknis fotografi, melainkan foto tersebut mencakup atau merekam sebuah momentum yang sangat spesial dan tidak dapat terulang kembali.

Namun demikian momentum yang saya maksud tidak sekedar tentang sebuah peristiwa, melainkan dalam ruang lingkup usaha fotografi, momentum juga berarti tren bisnis yang sedang marak jadi perbincangan.

Dalam hal ini misalkan tentang isu seputar Transisi Energi, Net Zero Emission, dan isu lainnya yang terkait dengan pengendalian perubahan iklim yang dilakukan secara global oleh hampir seluruh pemerintahan yang ada di planet Bumi ini.

Ketepatan dalam memanfaatkan momentum (peristiwa dan tren bisnis) itulah yang juga signifikan dalam mendukung proses pembuatan karya fotografi dan juga bisnis fotografi.

© Douglas Croft – Foto diatas dibuat oleh Douglas Croft di Teluk Monterey di California pada 27 April 2019.

Sama halnya dengan akses, untuk bisa mendapatkan manfaat seluas-luasnya dari momentum, juga dibutuhkan keterampilan yang harus diasah terus menerus agar kita bisa peka, teliti dan juga cekatan dalam memanfaatkan momentum yang ada.

Demikian. Semoga bermanfaat.


Discover more from Yulianus Ladung

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

One Comment Add yours

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.