Airport, Keamanan dan Social Engineering

Mungkin dalam benak Anda, tajuk dari tulisan ini agak aneh. Apa hubungan antara Airport dan Social Engineering. Tulisan berikut ini adalah sekedar sharing saja mengenai kondisi saat ini dari fasilitas dan prosedur keamanan di airport atau fasilitas publik yang ada di Indonesia.

Sebelum saya mulai, perlu saya sampaikan bahwa tulisan ini tidak bermaksud membujuk, memberi ide atau hal-hal lainnya yang bersifat merusak dan/atau memiliki dampak negatif terhadap subjek dan objek tulisan ini (baca: airport/pelabuhan udara). Dan tidak juga bermaksud untuk menyudutkan pihak-pihak tertentu yang berkaitan dan bertanggung-jawab dengan subjek dan objek tulisan ini.

Social Engineering

Apa itu Social Engineering? Bagi Anda yang sehari-hari bergelut dengan dunia komputer/komputasi, istilah Social Engineering tentu-nya bukan hal yang aneh. Namun bagi Anda yang tidak memliki gambaran apa itu Social Engineering, penjelasan berikut dapat membantu Anda memahami yang dimaksud dengan Social Engineering.

Apabila Anda melakukan pencarian pada mesin pencari seperi BING dengan kata kunci social engineering, maka Anda akan mendapatkan sekitar 85,700,000 entry. Tentu masing-masing entry tersebut memiliki nalar dan argumentasi masing-masing dalam menjabarkan hal itu.

Dari sejumlah entry itu, yang akan saya gunakan sebagai referensi adalah penjelasan yang terdapat pada Wikipedia. Pada tautan tersebut pada bagian awal dijelaskan bahwa Social Engineering adalah sebagai berikut:

Social engineering is a collection of techniques used to manipulate people into performing actions or divulging confidential information.[1] While similar to a confidence trick or simple fraud, the term typically applies to trickery or information gathering or computer system access and in most cases the attacker never comes face-to-face with the victim.

Dari penjelasan tersebut, dijelaskan bahwa social engineering adalah sebuah kegiatan manipulasi yang memiliki bermacam-macam cara dan teknik. Yang tentu berujung pada sebuah hal yang membawa si pelaku pada sebuah kegiatan yang curang, namun tidak berarti selalu berdampak buruk/negatif.

Mengapa demikian? Saya teruskan ya.

Social Engineering dan Airport

Beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan untuk mengantar kerabat saya yang akan melakukan perjalanan dengan pesawat udara. Karena di Jakarta, dan menggunakan maskapai Garuda Indonesia maka Bandar Udara Internasional Sukarno-Hatta adalah tempatnya.

Singkat cerita, saya sebagai pengantar tentu tidak boleh masuk hingga ke ruang check-in. Karena secara aturan memang hanya calon penumpang atau petugas sajalah yang berhak untuk masuk sampai ke ruang check-in. Terkecuali kalau Anda memiliki relasi yang sangat baik atau bahkan Anda seorang yang memiliki pengaruh tertentu dikalangan petugas airport, tentu ceritanya akan berbeda. Anda barangkali bukan hanya dapat masuk sampai ke ruang check-in, melainkan Anda juga dapat masuk sampai dengan ke ruang tunggu keberangkatan.

Hm, kira-kira bener seperti itu ga ya?

Anyway, keterbatasan sebagai pengantar tentu saja kurang mengenakan apabila yang kita antar itu adalah seseorang yang sangat spesial buat kita. Dari itulah, saya coba berpikir bagaimana caranya saya bisa (paling tidak) masuk sampai ke ruang check-in, syukur kalau bisa sampai ke ruang tunggu keberangkatan.

Setelah saya coba berpikir sejenak, akhirnya saya muncul sebuah ide. Yaitu, bagaimana bila saya, dan kerabat yang saya antar itu, memiliki dua (2) lembar tiket ya. Pasti si petugas penjaga pintu masuk ruang check-in tidak akan curiga. Saya pikir, kenapa tidak saya coba.

Akhirnya, saya minta informasi kepada kerabat yang saya antar itu mengenai kode bookingnya. Dan karena Garuda Indonesia adalah salah satu perusahaan yang sudah menerapkan fasilitas e-ticket, maka tentu tidak sulit bagi saya untuk mendapatkan e-ticket tersebut. Dengan bermodal alasan tiket tertinggal dan tentunya kartu identitas dari kerabat saya itu (sesuai nama yang tercantum pada e-ticket tersebut), maka kerabat saya itu bisa mendapatkan satu lembar lagi tiket baru.

Bermodal 2 lembar tiket itu (nama, tanggal keberangkatan, nomor penerbangan sama semua), saya dan kerabat saya itu menuju pintu masuk ruang check-in. Sampai tahap ini saya masih nervous, namun saya tunggu saat dimana, calon penumpang agak sedikit berjubel dipintu masuk. Setelah lumayan berjubel, akhirnya saya dan kerabat saya masuk di antrian calon penumpang, entah dengan alasan apa, akhirnya saya pun bisa masuk ke ruang check-in.

Entah apa pula yang diperhatikan oleh para petugas di pintu masuk ruang check-in itu pada tiket yang saya dan para calon penumpang lainnya sodorkan ke mereka untuk diperiksa. Padahal jelas-jelas saya berdiri tepat dibelakang kerabat saya yang kebetulan adalah seorang wanita. Aneh bin ajaib memang, tiket yang saya pegang (atas nama wanita) itu dapat membuat saya masuk ke ruang check-in.

Setelah melakukan pelaporan pada counter check-in dan memasukan barang yang akan dimasukan ke bagasi, akhirnya saya dan kerabat saya itu melenggang dengan tenang ke executive lounge di airport. Sebelumnya saya ragu, apakah akan menunggu di executive lounge atau hanya di food court yang berada di sebelah toko buku Periplus. Saya pikir, sudah sampai diruang check-in nanggung banget ah kenapa ga nunggu di executive lounge aja, toh gratis. Demikian yang ada dibenak saya.

Akhirnya saya coba masuk ke salah satu executive lounge yang ada di situ, dan ajaibnya lagi, yang biasanya saya selalu ditanya tiket, mau berangkat kemana, kali itu saya tidak ditanya sama sekali.

Hehehe … ajaib atau biasa saja, entahlah.

Yang jelas sejak saat itu, saya sudah melakukan hal yang sama sebanyak 4 kali dan tidak pernah mengalami masalah sama sekali.

Bahkan, saya pernah menjemput kerabat saya, tapi saya tidak menunggu di lantai 1 (terminal kedatangan) melainkan saya menggunakan fasilitas executive lounge yang berada di lantai 2 (terminal keberangkatan) selama kurang lebih 2 jam.

Airport, Social Engineering dan Keamanan

Entah nyambung atau tidak tulisan ini, sejak awal sampai pada titik ini. Bagi saya, walaupun saya sempat diuntungkan dengan tindakan di atas, namun saya pikir, betapa mudahnya orang untuk mendapatkan akses ke fasilitas vital seperti airport. Tentu hal semacam itu tidak akan kita temui di airport kelas internasional lainnya, yang menempatkan keamanan umum sebagai faktor utama.

Saya tidak bangga dengan yang saya lakukan. Saya sekedar memanfaatkan kelengahan pihak petugas dan hal ini menunjukan bahwa ada kelemahan dari sisi manajemen keamaan fasilitas vital di Indonesia.

Semoga hal ini tidak mengakibatkan hal-hal yang serius dan fatal seperti yang terjadi di negeri Paman Sam pada beberapa tahun yang lalu.

*Tulisan yang bertema sama dengan tulisan ini ada disini.

Advertisement

One Comment Add yours

  1. Dari sisi metode, memang social engineering masih sulit dicegah karena agak kompleks.
    Di satu sisi, mengenai penjagaan dan pengamanan, tidak hanya di airport, masih banyak petugas yang SOK GALAK tapi TIDAK JELI…

    Hanya itu sih permasalahannya…

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.