Beberapa hari belakangan ini, selain berita mengenai desas-desus kenaikan harga BBM bersubsidi sebagai akibat dari kenaikan harga dasar minyak mentah secara global (yang per hari kemarin sudah mencapai angka USD 126,- per barrel), kisruh perhitungan hasil pemilihan kepala daerah, kasus korupsi, sengketa perbatasan wilayah desa, keinginan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menarik diri dari keanggotaan OPEC, dll, juga yang tak kalah menarik untuk disimak dan diberitakan dibanyak media massa adalah kedatangan Bill Gates ke Indonesia.
Bagi saya, kehadiran Bill Gates di negeri ini merupakan sebuah nilai tambah bagi negeri ini. Mengapa demikian? Ditengah-tengah kondisi negeri ini yang menurut banyak pihak dari hari ke hari tidak menunjukan perkembangan ke arah yang lebih baik, justru Bill Gates sebagai seorang tokoh yang (setuju atau tidak) memiliki pengaruh dalam hubungan internasional, bersedia untuk mampir ke Indonesia. Dan dia tidak sendirian, melainkan juga disertai oleh tokoh-tokoh internasional lainnya.
Sebagaimana yang sudah banyak ditulis pada banyak media massa, blog pribadi maupun situs-situs resmi organisasi (terlepas dari pro dan kontra yang ada) banyak yang menaruh harapan agar kedatangan Bill Gates ke Indonesia ini dapat memberi gambaran kepada dunia internasional bahwa potensi negeri ini dan warga-nya juga patut dipertimbangkan dan diperhitungkan. Paling tidak dalam bidang Teknologi Informasi.
Hal ini tentu bukan isapan jempol saja. Banyak anak negeri ini yang sudah masuk dalam "hitungan" dunia internasional, baik individual maupun sebagai sebuah tim, sebut saja Onno Widodo Purbo, Rommi Satra Wahono, Nur Aini, Jim Geovedi, tim Aksara, tim Antarmuka dan masih banyak lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu disini.
Potensi yang luar biasa ini tentunya tidak akan berarti apa-apa bila tidak dikelola dan diberi kesempatan secara bijak. Tidak sedikit anak negeri yang berprestasi dan memiliki potensi luar biasa besar yang kemudian memutuskan untuk pindah keluar negeri demi mendapatkan kepastian bagi masa depan mereka dan juga untuk lebih mengeksplorasi kemampuan dan talenta yang mereka miliki. Namun tidak sedikit pula yang kemudian memutuskan tetap tinggal di Indonesia, walaupun mereka mendapatkan banyak tawaran untuk bekerja dan berkarir diluar negeri, seperti yang dilakukan oleh Narenda Wicaksono dan kawan-kawan dia disini.
GLF dan Kebangkitan Nasional
Selain untuk melakukan kunjungan bisnis secara internal (bertatap muka dengan karyawan-nya di Microsoft Indonesia), Bill Gates juga melakukan kunjungan kehormatan ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Selain sebagai Chairman dari Microsoft Corporation, Bill Gates juga merupakan Co-Chairman dari Gates foundation. Dari sekian banyak agenda kunjungan Bill Gates di Indonesia, satu yang menarik untuk disimak adalah mengenai Government Leaders Forum.
Sebuah inisiatif dan kepedulian dari perusahaan raksasa sekelas Microsoft yang merupakan bagian dari program yang disebut sebagai Unlimitted Potential yang merupakan program yang berskala internasional.
GLF ini dilaksanakan tidak hanya di Asia melainkan juga dibeberapa kawasan regional lainnya, seperti di Eropa, Timur Tengah, Amerika dan Afrika. Saya bangga, karena setelah melalui berbagai proses seleksi dan pertimbangan, akhirnya Indonesia dipilih sebagai tuan rumah dari GLF kali ini.
Betapa tidak bangga, kalau saya tidak salah Indonesia dapat mengeser Malaysia, Singapura, Korea dalam rangka seleksi tuan rumah GLF kali ini. Tentunya kriteria pemilihan negara tuan rumah GLF ini bukan merupakan pilihan yang sederhana dan mudah, banyak kriteria yang menjadi pertimbangan sebelum menentukan tuan rumah pelaksana GLF.
Pelaksanaan GLF di Indonesia kali ini adalah yang kali ke 3 (tiga) dilaksanakan dikawasan Asia Pacific. Yang pertama kali dilaksanakan di India, China dan kemudian disusul di Indonesia.
Hal ini membuktikan bahwa Indonesia, paling tidak bagi Microsoft, memiliki potensi yang tidak kalah baiknya dan luar biasa, yang bisa disetarakan dengan negara seperti India dan China. Bagi para praktisi Teknologi Informasi, India dan China memiliki cerita tersendiri. Dalam hal kuantitas, jumlah warga negara dari kedua negara itu yang bekerja sebagai professional TI dibeberapa perusahaan TI kelas dunia seperti Microsoft, Yahoo!, Google, Cisco, IBM, Oracle, SAP, McAfee, Symantec, dll, relatif lebih dominan dibandingkan warga negara dari wilayah lainnya dikawasan Asia Pasifik.
Apakah kemudian kuantitas tersebut sebanding dengan kualitasnya, tentu bukan porsi saya untuk menilai. Namun hal tersebut dimungkinkan tidak lepas dari peran pemerintah India dan China yang melakukan banyak inisiatif dalam membina dan memberikan kesempatan bagi warga negara-nya untuk dapat maju dan mengembangkan diri.
Nah, apakah pemerintah Indonesia sudah melakukan hal itu? Tentu bukan hal yang gampang pula untuk menilai hal ini. Karena banyak faktor yang menjadi pekerjaan pemerintah Indonesia. Indonesia yang baru sekitar 10 tahun benar-benar berada dialam demokrasi masih mengalami berbagai macam adjustment dalam segala aspek. Politik, sosial, budaya, pendidikan, keamanan, keuangan, dll. Namun demikian, paling tidak dari apa yang sudah disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika bertemu dengan Bill Gates pada banyak kesempatan menyampaikan bahwa pemerintahan yang dia pimpin akan melakukan yang terbaik untuk mengakomodir talenta anak negeri ini.
Hal ini paling tidak, ditunjukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan memilih Menteri Komunikasi dan Informasi yang memiliki latar belakang yang kredible dibidang-nya. Banyak hal yang selama ini hanya menjadi wacana dan bahan diskusi, kemudian menjadi kenyataan, kita ambil contoh UU ITE. Sebagai sebuah dinamika demokrasi, banyak suara yang mendukung dan menolak komponen dari UU ITE tersebut. Dan bagi saya pribadi, hal ini adalah sebuah prestasi bagi pemerintah.
Kepiawaian pemerintah dalam melakukan kolaborasi dengan banyak pihak termasuk dengan perusahaan-perusaaan kelas dunia seperti Microsoft melalui KADIN dan GLF juga merupakan prestasi.
Pelaksanaan GLF di Indonesia ini nampaknya sangat bertepatan sekali dengan perayaan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada tanggal 20 Mei 2008 ini. Sebuah perayaan nasional yang penting bagi Indonesia selain tanggal 17 Agustus.
Sebuah perayaan yang walaupun mendapatkan tentangan, namun tetap merupakan sebuah momentum penting bagi bangsa ini untuk merajut kembali rasa kebangsaan dan nasionalisme yang kian hari kian merenggang. Kebanggaan menjadi bangsa Indonesia yang semakin terkikis, rasa kedaerahan dan semangat untuk memisahkan diri dari kebangsaan Indonesia yang kian merebak disana-sini.
Dengan kondisi seperti itu, dapat kita saksikan stasiun televisi di Indonesia yang menayangkan iklan pesan masyarakat yang mengangkat tema Kebangkitan Nasional ini dari berbagai komponen bangsa ini. Sungguh sebuah kolaborasi yang sangat baik dan patut dipelihara terus menerus.
Banyak kegiatan yang dilaksanakan di Indonesia dalam rangkaian perayaan Hari Kebangkitan Nasional ini, diantaranya adalah INACRAFT dan Visit Indonesia Year 2008. Not to mention pelaksanaan pertandingan bulu tangkis Thomas dan Uber Cup di Indonesia yang juga dilangsungkan pada bulan Mei ini. Persiapan yang dilakukan oleh tim Thomas-Uber Cup Indonesia juga tidak main-main, harapan untuk dapat mempersandingkan piala Thomas dan Uber lagi di Indonesia juga merupakan salah satu upaya pemerintah dalam rangka merajut kembali kebanggaan kita sebagai sebuah bangsa yang besar.
Walaupun GLF merupakan inisiatif pihak swasta, namun GLF Asia 2008 yang kali ini mengambil tema: “Serving the Citizen: The Transformative Power of Information Technology in Delivering Government Services” dan memfokuskan bahasan pada hal Education, Healhcare, Economic Sustainable Growth diharapkan pula dapat membantu inisiatif-inisiatif pemerintah Indonesia.
Inisiatif dari Microsoft Corporation yang merupakan sebuah kegiatan eksklusif ini dihadiri oleh lebih dari 280 peserta yang merupakan perwakilan dari negara-negara di Asia Pasifik, termasuk 168 pelanggan Microsoft dari 25 negara, 42 tamu kehormatan, 18 pembicara yang berasal dari Amerika Serikat, ASEAN, Jepang, Australia dan negara dari lain dari Asia Pasifik termasuk 7 keynote speakers dari pemerintah Indonesia, yaitu:
Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono
Presiden
Drs. H.M. Jusuf Kalla
Wakil Presiden
Prof. Dr. Bambang Sudibyo
Menteri Pendidikan Nasional
Dr. Mari Pangestu
Menteri Perdagangan
Ir. Aburizal Bakrie
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat
Ir. Jero Wacik, SE
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Prof. Dr. Ir. Muhammad Nuh
Menteri Komunikasi dan Informasi
Sebuah acara yang tentu saja diharapkan menjadi perpanjangan tangan untuk dapat meneruskan harapan dan sarana untuk merelasisasikan rencana-rencana yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia dalam rangka membina dan memberikan sarana pengembangan bagi warga negara Indonesia sebagaimana yang telah diamanatkan oleh konstitusi Indonesia.
Bill Gates dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Craig Mundie, Presiden Yudhoyono dan Bill Gates pada GLF Plenary Closing Session.
Bill Gates memberikan ucapan selamat kepada seorang mahasiswa dari Korea dan Dr. Sang-Seung Yi yang telah melakukan demo teknologi digital dalam dunia pendidikan.
Kartun Bill Gates yang berbicara dalam Bahasa Indonesia dengan menggunakan teknologi Microsoft.
Presidential Lecture – yang menghadirkan Bill Gates. Yang dihadiri lebih dari 1.000 orang perwakilan dari pemerintah, kalangan bisnis, media, LSM dan lebih dari 1.500 mahasiswa dari 40 universitas di Indonesia.
GLF Gala Dinner yang difasilitasi oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata dan dihadiri oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla dan lebih dari 200 tamu kehormatan dan tokoh publik di Indonesia.
Apapun result dari ini semua, paling tidak ada komponen bangsa ini, yang berusaha dan mencoba memberikan yang terbaik bagi bangsa ini. Dan semoga ini benar-benar memberikan manfaat bagi warga negeri ini.
please deh, masih aja melihat kebarat, mas bilangin ma susilo, negara GCC mau nolongin indo yg lg krisis, tapi bak bertepuk sebelah tangan, ya udah GCC pada EGP
LikeLike
@ Noldi: ada yang salah bila “melihat” ke Barat? perihal bertepuk sebelah tangan atau tidak, saya tidak pada posisi untuk menilainya bung π seperti yang sudah saya sampaikan diatas, paling tidak ada yang sudah dilakukan oleh sebagian kecil anggota bangsa ini, ketimbang hanya bisa bicara dan menghujat π saya yakin Anda pasti setuju dengan hal ini …
LikeLike
setuju bro, one step a head buat naikin citra indonesia, sedikit koreksi INACRAFT bukannya agenda setiap tahun bukan hanya ngerayaiin kebangkitan bangsa…
LikeLike
@ Nouval: terima kasih atas koreksi-nya ya π
LikeLike
no comment,
tapi nulis comment π
thank atas link-link orang hebat negeri ini.
LikeLike
isinya komplete banget.. tapi nggak berani comment hehe… btw: kesampaian kayaknya jadi tukang foto (apa ya bahasa karennya) pada event tsb π
LikeLike
@ Panggiring: Pak, sebenarnya di internet itu banyak link yang berkaitan dengan tokoh-tokoh Indonesia yang ‘punya suara” di dunia internasional. Tinggal dicari aja π
@ Aprizon: hehehe .. bisa aja nih Pak Aprizon. benar sekali Pak, masih tukang potret dan bukan fotografer. Eniwei, betewei, foto-foto itu bukan hasil karya saya, melainkan saya kutip dari sebuah email di internal-nya MS.
LikeLike
Hebat..hebat… π
LikeLike
Infonya lengkap banget, saya hanya llihat potongan Bill Gates saat di TV One dengan pembicara Onno Purbo, apa iya Microsoft mau bantu Indonesia Bantu software untuk pendidikan Indonesia? apa itu bukannya justru membuat bangsa ini dimanjakan dengan Microsft
LikeLike
@ Fia: perihal janji yang dimaksud saya tidak dapat memberi klarifikasi mengenai hal itu. manja itu, apabila kita sebagai pengguna tidak diberi kesempatan untuk melakukan inovasi, tapi apa yang dilakukan oleh Microsoft kan tidak seperti itu. Microsoft telah memberikan kesempatan kepada banyak pihak untuk bisa berinovasi dengan teknologi-nya Microosft, hal bisa kita lihat dari inisiatif Microsoft untuk mendirikan Microsoft Innovation Center dibeberapa universitas yang ada di Indonesia, seperti di ITB, UGM, ITS, dan beberapa universitas lainnya. namun tentu belum dapat dibandingkan dengan apa yang telah Microsoft berikan seperti di India dan China, karena untuk sampai pada tahap seperti itu tentu perlu waktu kan π
LikeLike