Tentu sudah tidak terhitung lagi banyaknya bahasan mengenai topik kenaikan harga BBM yang diliput pada banyak media massa (cetak maupun elektronik) dan juga tulisan serta opini yang ada di internet. Dan barangkali tulisan saya ini adalah bahasan tentang topik yang satu ini dalam urutan kesekian ratus ribu atau kesekian juta.
Simak saja pada mesin pencari di internet mengenai informasi dengan kata kunci harga BBM:
– LIVE
– Yahoo
Beberapa hari belakangan ini saya berada di kampung halaman saya; Balikpapan. Sebuah kota yang tidak terlalu besar namun sudah sangat terkenal diseantero dunia karena kota Balikpapan dikenal juga sebagai kota minyak dan sebuah kota ukuran sedang yang sudah dikunjungi oleh banyak orang tidak saja dari dalam negeri melainkan dari luar negeri.
Namun bukan karena keindahan pemandangan-nya, melainkan karena minyak dan gas. Mengapa demikian? Karena kota Balikpapan dikelilingi oleh industri yang nadi kehidupan-nya bergantung dari minyak dan gas.
Andaikan Anda pernah ke Balikpapan, baik itu melalui udara maupun laut, maka Anda akan disuguhi pemandangan kilang pengolahan minyak dan gas yang terbentang lebih dari 5 kilo meter disepanjang pantai teluk Balikpapan. Salah satu kilang pengolahan minyak dan gas bumi terbesar di Indonesia setelah kilang pengolahan di Cepu dan Balongan.
Agar lebih komprehensif mengenai alasana kenapa Balikpapan disebut sebagia kota minyak, dapat Anda simak pada link-link berikut ini:
– Warta Pertamina – EDISI NO: 8 / Tahun XLII, Agustus 2007
Entah karena sejarah tersebut atau hal lainnya, ada salah satu kawan saya yang nama-nya mengandung kata Mathilda. Menurut cerita kawan saya itu, orang tua-nya memberi nama dia Mathilda bukan lantaran orang tua-nya terkesan dengan tokoh tertentu, melainkan lebih karena orang tua kawan saya itu bekerja di Pertamina dan karena bekerja di Pertamina itu lah, maka orang tua-nya memberi nama dia sesuai dengan nama sumur minyak pertama di Kalimantan itu.
BBM = Bahan Bakar Minyak yang Benar-Benar Menyusahkan
Anyway, kembali ke topik. Belakangan ini marak kita temukan pembahasan mengenai keresahan kita terhadap rencana pemerintah yang akan menaikan harga BBM. Dari beberapa alasan yang dikemukakan oleh pemerintah atau mereka yang kompeten dalam hal ini, alasan utama dari rencana pemerintah menaikan harga BBM adalah karena terjadi kenaikan secara statis (tidak terlihat ada tren menurun) dari harga minyak mentah secara global/dunia.
Sebuah hal yang mau tidak mau harus disikapi oleh pemerintah sesegera mungkin, agar negara ini tidak mengalami kebangkrutan total karena harus menanggung subsidi yang tidak berimbang.
Tidak gampang memang untuk menyikapi hal ini dari perspektif pemerintah. Namun, pada banyak bahasan dan opini yang disampaikan oleh para pakar ekonomi, seharusnya momentum kenaikan harga minyak mentah dunia ini, dapat memberikan keuntungan yang teramat sangat luar biasa kepada pemerintah Indonesia.
Mengapa?
Karena Indonesia adalah salah satu anggota OPEC sejak tahun 1962 yang lalu. Walaupun pada kenyataan-nya, memang Indonesia tidak terlalu berkontribusi terhadap pasokan minyak dan gas bumi ini sejak tahun 2002.
Dan memang hal ini pada beberapa waktu yang lalu ketika saya menghadiri luncheon meeting yang diselenggarakan oleh IPA (kebetulan saya anggota dari Professinal Division IPA) sempat diutarakan oleh Pak Wardaya Warnika yang merupakan mantan Ketua BPMIGAS bahwa puncak kejayaan Indonesia sebagai pemasok minyak di dunia terjadi pada awal tahun 90-an.
Tentu banyak penyebab mengapa hal tersebut terjadi, barangkali salah satu penyebab-nya adalah hal ini.
Saya tidak memiliki kompetensi dalam memberikan ulasan mengapa fenomena ini terjadi di Indonesia. Namun, saya ingin sharing betapa ironis-nya situasi yang terjadi di kota Balikpapan sebagai kota yang dikenal oleh banyak orang sebagai kota minyak ini, sebagaimana yang sudah saya ulas diawal tadi.
Beberapa hari yang lalu saya berada di Balikpapan. Dan betapa saya mendapatkan sebuah pemandangan yang tidak mengenakan, yaitu antrian yang panjang sekali pada setiap SPBU yang ada di Balikpapan. Hal yang sama yang saya sempat saya saksikan di Metro TV pada tahun lalu. Kejadian yang sama persis terjadi kembali.
Walaupun tidak mengenakan namun bila dicermati lebih seksama sebenarnya justru agak lucu.
Sekali lagi mengapa?
Karena pada sebuah SPBU yang kebetulan dikelola langsung oleh Pertamina, yang berlokasi di Jl. Yos Sudarso atau yang lebih dikenal oleh masyarakat Balikpapan sebagai Karang Anyar, justru terjadi antrian yang lumayan panjang di SPBU tersebut. Dan tepat bersebrangan dengan SPBU itu adalah kilang pengolahan minyak-nya Pertamina.
Hehehe … lucu bukan.
Walaupun berseberangan dengan kilang minyak, hal tersebut tidak berarti bahwa pasokan minyak-nya aman dan terkendali. Bahkan ada beberapa SPBU yang memasang pengumuman bahwa BBM pada SPBU mereka habis atau kosong. Identik dengan situasi pasokan beras di negeri ini, yang sering diungkapkan oleh banyak pihak seperti TIKUS YANG KELAPARAN DILUMBUNG PADI.
Andaikan hal ini terjadi didaerah lain, selain Balikpapan, barangkali saya akan maklum. Namun ini terjadi tepat didepan pintu pusat pengolahan-nya minyak tersebut. Saya tidak ingin menuduh atau beropini mengenai siapa yang salah dalam hal ini. Saya percaya Anda pasti punya pendapat dan opini sendiri mengapa hal ini terjadi.
Balikpapan yang terkenal itu dan telah menerima beberapa kali penghargaan secara nasional, dan marak dengan pembangunan apartemen, komplek perumahan, pusat perbelanjaan dan hotel itu justru dari hari ke hari nampak semakin terpuruk. Bukan saja karena kondisi yang berkaitan antrian panjang di SPBU, melainkan juga karena buruknya layanan pasokan listrik di kota itu.
Sejak kurang lebih 3 sampai dengan 4 tahun terakhir ini, kondisi pasokan sumber daya listrik di kota Balikpapan sedemikian buruk. Sudah merupakan hal yang jamak dan biasa, apabila dalam 1 hari terjadi 1 kali atau bahkan lebih pemadaman listrik ditempat yang sama. Anda boleh percaya boleh tidak, silahkan Anda klarifikasi informasi ini kepada saudara atau kerabat Anda yang kebetulan berdomisili atau sempat berkunjung ke kota Balikpapan. Dapat dipastikan mereka akan meng-amini informasi ini.
Again saya tidak bermaksud menyalahkan siapa-siapa, melainkan sekedar berbagi informasi saja. Mengenai siapa yang salah atau siapa yang bertanggung-jawab dalam hal ini, tentu Anda sudah paham siapa saja pihak yang seharusnya bertanggung-jawab dalam hal ini.
Ironis !!!
Dan menjelang pemilihan gubernur Kalimantan Timur yang akan diselenggarakan bulan Mei 2008 ini, ada beberapa calon gubernur yang kalau saya tidak salah, sempat memaparkan janji bahwa dia akan segera mengatasi krisis kelistrikan yang terjadi di Kalimantan Timur ini. Dia menggunakan pengalaman dia sebagai walikota sebagai dasar dia menyampaikan janji dia tersebut.
Bahkan (entah dengan maksud dan tujuan apa) ada sebuah pernyataan dari seorang pejabat di sebuah kabupaten yang (katanya) terkaya di Indonesia, bahwa program pemerintah daerah yang dia pimpin sekarang ini akan lebih menitik beratkan pada pembangunan agragris ketimbang terlalu memfokuskan pada bidang un-renewable energy.
Hum, sah-sah saja memang menyampaikan janji. Asal dia benar-benar yakin dengan janji-nya itu.
Bahkan pernah terungkap fakta dari seorang General Manager sebuah hotel yang baru sekitar 2 tahun berdiri di Balikpapan, bahwa para pengelola hotel yang berada di Balikpapan ‘membakar’ uang mereka karena mereka harus membeli solar sendiri dikarenakan terhitung sejak pukul 16.30 WITA, aliran listrik ke hotel mereka dihentikan demi menjaga dan mengurangi beban puncak.
Anda tentu bisa membayangkan berapa ongkos operasional yang harus dibayarkan oleh pengelola hotel tersebut bukan.
Belum lagi, kebakaran yang marak terjadi di Balikpapan belakangan ini. Yang rata-rata diakibatkan oleh lilin dan atau sarana penerangan lainnya. Apakah semua itu terjadi semata-mata karena kelalaian semata ataukah sebagai sebuah akibat (kalau tidak ingin dikatakan sebagai sebuah manifestasi kekecewaan dan putus asa) dari parahnya kondisi kelistrikan di Balikpapan. Atau hal tersebut hanya sebuah kebetulan semata, kebakaran yang terjadi bertepatan dengan pemadaman listrik (yang katanya akibat kurangnya pasokan BBM dan kurang daya dari mesin pembangkit).
Dengan fakta semacam itu, bisa Anda simak, betapa lihai dan pandai-nya pengelola kota Balikpapan dalam merayu dan membujuk para pemilik modal untuk menanamkan modal mereka di Balikpapan … hehehe …
Disini saya tidak berusaha membuat sebuah artikel atau ulasan yang komprehensif dan ilmiah, selain berusaha sharing saja mengenai apa yang sekarang terjadi dikota kelahiran saya; Balikpapan. Bagi Anda yang belum pernah ke Balikpapan, Anda dapat menyimak beberapa dokumentasi tentang kota Balikpapan disini.
Dan semoga, pemerintah atau siapa saja yang merasa memiliki wewenang dan kuasa di negeri ini, dapat bersama-sama menemukan solusi yang terbaik bagi kesejahteraan dan kebaikan bersama tanpa harus saling menyalahkan satu sama lain, tanpa melakukan tindakan-tindakan dan memberikan pernyataan-pernyataan konyol dan seolah-olah berpihak pada kepentingan rakyat.
Semoga …
salam kenal mas ladung,
balikpapan adalah kota favorite saya setelah jakarta. saya tinggal selama 3 tahun di balikpapan 2001 sampai 2003. Saya suka balikpapan karena mini metropolitan dengan keteraturan lalu lintas nya, perumahan2 modern yg indah seperti balikpapan baru. Cuma gak tahannya karena listrik dan air yg sering bermasalah, bahkan saya pernah mengalami harus mandi pakai aqua. Semoga kedepannya masalah air dan listrik ini bisa teratasi sehingga balikpapan menjadi kota favorite banyak orang. Mengenai kondisi ramainya antrian di pom bensin itu juga dialami oleh negara kaya minyak tempat saya berdomisili sekarang yaitu nigeria, bahkan lebih parah dari balikpapan. Menurut saya sangat mudah dipahami karena harga minyak internasional lagi tinggi2 nya jadi pemerintah lebih suka mengexport ketimbang menjualnya untuk kebutuhan dalam negeri.
OK mas ladung selamat bekerja semoga sukses selalu.
Salam,
Berlian
LikeLike
@ berlian syako: memang benar demikian Pak. di Balikpapan kita dapat menemukan keteraturan yang jarang bisa kita dapatkan dikota lain di Indonesia. namun seiring waktu, Balikpapan menjadi sebuah kota (yang kalau pemerintah daerah-nya tidak hati-hati) semrawut. tidak saja dalam hal lalu lintas (lebih banyak angkutan kota ketimbang penumpang, dan pertambahan ruas jalan yang minim) juga karena pengupasan lahan yang terkesan sembrono (Balikpapan jadi sering banjir).
mengenai minyak, saya setuju. memang kondisi sekarang tidak hanya terjadi di Indonesia, namun memang sangat disayangkan seolah-olah pemerintah tidak belajar dari pengalaman sebelumnya.
selamat bekerja dirantau orang ya Pak. kalau ada langkah, nanti saya mampir juga deh Nigeria đŸ™‚
LikeLike
salam kenal om Landung,sebagai salah satu pendatang yang sdh cukup lama tinggal di balikpapan (15 thn lbh),saya sangat bangga dengan kondisi dan perkembangan kota balikpapan.
hanya saja akhir2 ini saya sempat kecewa dengan hal2 spt yg anda ceritakan.Dan dulu..sempat ada larangan mendirikan bangunan melebihi ketentuan (entah brapa meter) di daerah pinggir pantai yang katanya bisa menghalangi jarak pandang pesawat,tp sekarang banyak didirikan gedung2 bertingkat,apartement dan hotel disepanjang pesisir pantai balikpapan…WHY..knapa sekarang boleh ??
Dan soal Listrik,kebetulan saya sempat mengalami masalah yang tidak mengenakkan dimana waktu itu kantor tempat saya bekerja terlambat bayar Listrik (Lupa),padahal telat beberapa hari dan oleh petugas..aliran listrik langsung dicabut tanpa permisi.Maka sayapun mendatangi kantor PLN Cabang Km.5 dan saya konfirmasi kebagian pengaduan,disitu saya mendapat jawaban yang sangat diluar dugaan saat saya katakan,”jadi klau konsumen telat bayar listrik konsekuensinya listrik dicabut,lantas apa konsekuensinya buat PLN klau ada barang elektronik warga yang rusak akibat listrik yang byar pet??? “.jawab petugas “…PLN kan hanya menjual listrik dan klaupun ada pemadaman pasti diumumkan lewat surat kabar…”.padahal kenyataan dilapangan jadwal yang ada tidak pernah sesuai dan bahkan sering byar pet dalam sesaat.Baru2 ini…terjadi kelangkaan BBM dibalikpapan…ada apa..bukankah Balikpapan terkenal dengan kota minyak-nya???? pasar tradisional dan rumah kumuh terbakar…kemudian setelah beberapa bulan…jreng…tiba2 kawasan bekas kebakaran berubah jadi rumah mewah dan pusat perbelanjaan…hebat..terbakar untuk perubahan????
Balikpapan…Kubangun …kujaga…kubela…
LikeLike
@ OmDar: Pak, memang benar demikian. Begitulah nasib-nya apabila daerah seperti Balikpapan harus support daerah lainnya. Kalau saya tidak salah, pengadaan pembakit baru yang disponsori oleh Pemkot Balikpapan harus kemudian dipakai bareng-bareng dengan daerah lainnya.
Menurut saya, apabila pemerintah kota Balikpapan tidak segera dan pintar-pintar mengakali kondisi yang seperti sekarang ini, maka tidak tertutup kemungkinan Balikpapan akan berakhir seperti Banjarmasin dan Samarinda.
Atau bahkan lebih parah dari itu. Karena kan Balikpapan tidak punya potensi apa-apa selain letak geografis. Selama masih ada major O&G&M players disana, Balikpapan masih aman lah untuk 30 sampai dengan 50 tahun kedepan.
Wish all the best for our beloved city deh Pak.
LikeLike
bakar kilang minyak anda
LikeLike
pemadaman listrik karena suplay bahan bakar ke pln yg di monopoli oleh pihak tertentu apa bila keterbukaan dalam pemasokan bahan bakar di pln tentunya tidak ada kata mati lampu atau listrik byar pet….
jarangnya usaha baru yg muncul biasanya bermasalah dalam kapasitas perijinan dalam mengembangkan usaha ada halangan dalam pengurusan ijin yg biasanya di sengaja oleh intansi terkait dalam kata meminta uang pelicin dalam pengurusan dan kelancaran perijinan
LikeLike