Mau jadi Engineer atau jadi Jagoan

Satu lagi keajaiban dunia pendidikan di Indonesia. Sudah sejak beberapa waktu belakangan ini, sedikit demi sedikit tingkah polah dengan mengatasnamakan pendidikan, ketaatan dan kedisiplinan yang melibatkan kekerasan kembali terkuak.

Setelah rekaman video kekerasan yang dulu pernah terjadi di STPDN (sekarang IPDN), kini terungkap lagi rekaman sejenis. Rekaman mekanisme ‘pendidikan’ ala preman itu juga terjadi di Universitas Nurtanio Bandung, sebuah lembaga pendidikan tinggi yang berada dibawah naungan Yayasan Adi Upaya (Yasau). Yasau adalah yayasan dilingkungan TNI Angkata Udara.

Menurut Rektor Universitas Nurtanio pada wawancaranya dengan Metro TV menyatakan bahwa kejadian yang rekaman-nya ditayangkan oleh Metro TV itu adalah sebuah sandiwara.

Ya, sebuah SANDIWARA. Sebuah sandiwara yang tampak sangat realistis. Ternyata, selain berbakat menjadi engineer pesawat terbang, para mahasiswa dikampus tersebut memiliki bakat yang sangat luar biasa dalam hal acting.

Apabila Anda sempat menyaksikan tayangan tersebut, dapat Anda lihat bagaimana para ‘aktor/aktris’ yang berada dalam rekaman tersebut nampak sangat menjiwai peran-nya masing-masing.

Adegan demi adegan yang terdapat pada rekaman video itu sangat realistis. Dan sepertinya tanpa special effect yang sedemikian canggih. Tamparan, tendangan, pukulan yang dilakukan oleh para ‘aktor/aktris’ tersebut terlihat sungguh sangat nyata. Demikian pula respon dan reaksi yang ditunjukan oleh para ‘aktor/aktris’ yang menerima tamparan, tendangan, pukulan tersebut.

Para ‘aktor/aktris’ tersebut lebih hebat dibanding para aktor/aktris lainnya yang sudah kita kenal. Kenapa? Karena para ‘aktor/aktris’ itu tidak menggunakan stuntman/stuntwoman dalam setiap adegan itu. Adegan-adegan itu mereka lakoni sendiri.

Kalau seandainya suatu saat nanti ada festival film dokumentasi atau kategori sandiwara yang direkam dengan ponsel, maka rekaman ‘sandiwara’ yang satu ini akan menjadi juara-nya.

Saya pikir hebat juga apabila ada universitas yang memberikan kebebasan kepada mahasiswa/mahasiswi-nya untuk beraktifas diluar kegiatan perkuliahan. Apalagi kalau aktifitas itu dapat benar-benar mengakomodasi hobi dari mahasiswa/mahasiswi yang belajar dilembaga pendidikan tinggi tersebut.

Pertanyaan-nya sekarang adalah: apakah para ‘aktor/aktris’ tersebut ingin menjadi engineer yang nanti akan menguasai bidang kedirgantaraan dimasa yang akan datang sehingg kembali membawa nama Indonesia sebagai salah satu pemain penting dalam teknologi dirgantara (paling tidak di ASEAN) dan turut aktif memperbaiki kondisi dan situasi penerbangan di Indonesia tidak seperti sekarang.

Ataukah para ‘aktor/aktris’ itu benar-benar ingin menekuni dunia seni peran sebagai tujuan akhir setelah mereka menyelesaikan pendidikan dilembaga pendidikan tinggi itu?

Apapun itu, mari kita bersama bekerja demi perbaikan mutu pendidikan di Indonesia yang tidak memaksa kalangan pendidikan di Indonesia lebih mengutamakan kekuatan fisik ketimbang kematangan berpikir dan bernalar.

Hal ini mengingatkan saya kepada satu kalimat bijak dari salah seorang pemikir besar, yaitu:

“Tindak kekerasan adalah bentuk lain dari kemalasan. Ia digunakan oleh orang-orang yang tidak mau bergumul dengan karunia akalnya. Mereka enggan menempa diri dengan belajar, menganalisis persoalan secara cermat, berargumen, apalagi berdialog.” (Prof. Dr. Khaled Abou El Fadl)

 *Semoga artikel ini tidak membuat saya dituntut oleh pihak manapun dan tidak mendapatkan perlakukan yang tidak menyenangkan dari pihak-pihak yang merasa terganggung oleh tulisan ini.*

2 Comments Add yours

  1. Goen Vastel says:

    Iya Mas Ironis emang… Saya Rasa kan Pun demikian, Kedisiplinan Seperti Di Universitas, atau Lembaga Pendidikan Yg Notabene nya menghasilkan orang2 yg siap kerja, menurut saya cuma bisa langsung kerja aja… Tidak bisa merubah Situasi, Sebagai Contoh Lembaga Pendidikan Yg menghasilkan orang2 “teknisi Pesawat terbang” / Penerbang, yang saya tau, di Indonesia Banyak Lembaga Pendidikan Seperti itu Tidak hanya Nurtanio, ada STPI (Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia), DFS (Deraya Flaying School ) dsb. Tapi kenyataanya, Indonesia Masih menyandang perdikat penerbangan terburuk… Aneh ya.. hehehehe

    Jadi Menurut saya para Mahasiswa Universitas Nurtanio Lebih baik menggeluti Dunia Acting ketimbang jadi Engineer Pesawat Terbang.. hihihi Piss…

    Like

  2. mas kartubi says:

    Tradisi dari senior yang diselewengkan. tujuan yg bagus menjadi kurang berkenan. Apalagi kalo sudah dibumbuin oleh media massa.

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.