Perdamaian antara Monyet dan Fotografer

Artikel ini bukan soal film Planet of The Apes, sebuah film fiksi yang berandai-andai bagaimana bila kera/monyet memiliki tingkat kecerdasan yang setara dengan manusia pada banyak aspek. Mulai dari politik, taktik perang, sampai dengan kisah romansa. Bukan !!! Bukan soal itu.

Melainkan, sebuah kisah mengenai “pertarungan” memperebutkan Hak Karya Intelektual atas karya fotografi.

Pada sekitar pertengahan tahun 2011, ramai menjadi perbincangan mengenai seorang fotografer; David Slater, yang saat itu sedang berkunjung ke Cagar Alam Tangkoko, Sulawesi Utara mendapati beberapa foto yang diambil oleh seekor monyet Makaka bernama Naruto dengan menggunakan kamera sang fotografer.

Pada foto-foto yang beredar, banyak orang terkejut dan takjub, bagaimana Naruto yang seekor kera menunjukan ekspresi dan kemampuannya dalam mengambil gambar dengan kamera (Canon 5D). Tidak sedikit juga yang meragukan keaslian dari foto-foto itu. Walau gambar yang diambil seadanya saja, namun tetap saja (paling tidak menurut saya) untuk seekor kera, foto-foto yang dihasilkan oleh Naruto luar biasa.

Lantas pada tahun 2015 sebuah organisasi yang bernama PETA (People for the Ethical Treatment of Animals) yang berbasis di  Virginia Amerika Serikat, melalui pengadilan mengajukan tuntutan kepada David Slater. Secara singkat, PETA sebagai organisasi yang merasa menjadi wakil dari Naruto, meminta hak kepemilikan dari foto-foto tersebut.

Setelah melalui proses sekitar 2 tahun di pengadilan, akhirnya terjadi kesepakatan antara David Slater dan PETA. Kesepakatan itu diantaranya menyatakan bahwa David Slater akan menyumbangkan 25% dari segala keuntungan yang dia peroleh dari foto Naruto itu kepada PETA untuk digunakan pada kegiatan pelestarian dan perlindungan Naruto dan spesiesnya.

Proses pengadilan yang panjang itu tentu sangat melelahkan bagi David Slater, tidak saja secara emosi namun juga secara finansial. Karena dia harus membayar pengacara juga untuk menjalani proses persidangan.

“Pertarungan” antara David Slater dan Naruto mengingatkan saya pada kisah Ted sang boneka beruang lucu pada film TED 2. Ted berusaha untuk mendapatkan status sebagai manusia, sehingga bisa resmi tercatat menikah, memiliki pekerjaan dan menjadi orang tua.

Kisah-kisah diatas (non-fiksi dan fiksi) menjadi pengingat bagi saya mengenai pentingnya menghargai HKI (Hak atas Karya Intelektual). Tidak terkecuali karya fotografi. Karena masih saja sering kita dapati cerita seputar penyalahgunaan HKI atas sebuah karya fotografi oleh banyak pihak, mulai perorangan, kalangan swasta/perusahaan bahkan juga oleh lembaga negara. 

Dari itu mari kita bersama-sama menjaga, agar sedapat-dapatnya untuk tidak menyalahgunakan HKI milik orang lain pula, seperti menggunakan aplikasi bajakan, musik bajakan, dll.

Sebuah hal yang tentu harus diperjuangkan bersama oleh para fotografer (profesional dan bukan profesional) di Indonesia.

Demikian. Semoga berkenan.

Beberapa tautan terkait:

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.