Logika Visual

Entah sudah berapa kali saya mendapatkan pertanyaan seperti di bawah ini terkait dengan kegiatan fotografi komersial bagi kalangan korporasi dan industri. Pertanyaan-pertanyaan seperti:

  • Hal apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi seorang fotogafer industrial?
  • Susah tidak untuk menjadi seorang fotografer profesional dalam industrial?
  • Foto seperti apa yang bagus untuk sebagai portofolio fotografi korporasi/industrial?
  • Faktor apa yang membuat seorang fotografer dapat menentukan tarif yang pantas untuk fotografi korporasi/industrial?

Dan beragam pertanyaan lain yang sejenis.

Jawaban yang saya sampaikan berasal dari hasil refleksi saya selama menjalani profesi sebagai fotografer, mulai jawaban yang paling standar seperti: syarat menjadi fotografer tentu harus menguasai hal-hal yang terkait dengan teknis fotografi, mampu berkomunikasi secara aktif, memiliki kepekaan terhadap sekelilingnya, bisa menempatkan diri pada beragam kesempatan, dll, hingga jawaban yang mendetail sampai ke aspek bisnis dan manajemen kegiatan fotografi komersial/profesional.

Namun demikian, khusus terkait dengan kegiatan fotografi dalam ruang lingkup korporasi/industrial, ada satu hal yang ingin saya tekankan. Yaitu mengenai Logika Visual. Saya sendiri tidak pernah menjalani pendidikan formal pada jurusan fotografi/seni rupa/desain komunikasi visual, sehingga bisa jadi istilah Logika Visual hanya rekaan saya saja. Atau mungkin pada bidang keilmuan resmi, apa yang saya maksud sebagai Logika Visual, memiliki nama/istilah lain.

Tanpa perlu panjang lebar, berikut adalah beberapa contoh dari apa yang saya maksud sebagi Logika Visual:

  • Mungkin tidak, seorang Dokter ketika melakukan tindakan terhadap pasiennya menggunakan sarung tangan yang biasa digunakan oleh seorang juru las?
  • Pantas tidak, bila dalam ruang tertutup yang permanen (misalkan sebuah kompartemen perkantoran), ada seorang talen yang difoto dengan menggunakan safety helmet?
  • Atau, pantas tidak pada sebuah acara fine dining ada foto yang talennya sedang makan dengan tangan (seperti di warung Padang) tanpa sendok, garpu dan pisau?

Pertanyaan-pertanyaan diatas adalah salah satu contoh sederhana tentang apa yang saya maksud dengan Logika Visual. Dalam kegiatan fotografi industrial dan fotografi korporasi, hal tersebut sangat penting.

Dari kedua contoh tersebut, dapat dijelaskan bahwa tanpa disertai logika yang benar, maka dapat dipastikan sebuah karya visual yang akan digunakan oleh sebuah korporasi atau industri, sulit untuk mencapai tujuannya.

Seperti pada artikel-artikel saya sebelumnya, untuk bisa mendapatkan dan memahami logika visual yang sesuai dengan karakteristik korporasi/industri, seorang fotografer tidak hanya memiliki kecakapan dalam memotret, tapi wajib paham mengenai proses bisnis dari klien yang akan dia layani.

Dengan pemahaman tersebut, maka logika visual yang tepat akan mudah didapatkan oleh seorang pelaku karya visual. Dan dengan sendirinya, sang fotografer dapat memberikan nilai lebih terhadap layanan yang ditawarkan sekaligus bisa memiliki nilai tawar dibandingkan dengan fotografer kebanyakan.

Saya sendiri sering kali mendapatkan foto-foto korporasi/industrial yang secara estetik sudah sangat sempurna, namun karena foto tersebut dibuat tanpa pemahaman yang baik akan korporasi/industri yang bersangkutan, alhasil foto-foto tersebut sungguh sangat jauh dari realitanya.

Namun tentu saja hal tersebut kembali kepada sang pengguna karya fotonya, yang tidak lain adalah sang klien. Tidak jarang ditemui klien yang memegang prinsip: yang penting sekedar punya. Nah, klien seperti itu tidak pernah memandang karya foto sebagai sebuah investasi, dan perlakuan terhadap karya foto korporasi/industri juga dianggap biasa saja. Dalam situasi seperti itu, maka logika visual cenderung diabaikan. Dan karena diabaikan, maka itu juga berarti tidak dibutuhkan seorang fotografer yang spesialisasi pada genre korporasi/industrial, yang tidak sekedar mampu memotret tetapi juga memiliki konten yang mendalam terhadap karakteristik korporasi/industri dari sang klien.

Jadi, sebelum memutuskan untuk mengirimkan portfolio untuk kebutuhan pengadaan sebuah proyek foto, ada baiknya dipikirkan kembali foto apa yang sungguh memenuhi karakteristik dari calon klien. Dan ketika sedang menjalankan penugasan fotografi korporasi/industri, selain persiapan peralatan, ada baiknya juga dipersiapkan pemahaman yang mendalam mengenai korporasi/industri yang bersangkutan.

Dan berikut adalah beberapa usaha yang saya lakukan untuk bisa menempatkan logika yang tepat pada foto industrial yang saya buat:

Oiya, silahkan mampir ke kanal YouTube saya untuk menyimak VLOG saya seputar fotografi dan travel juga ya 🙂

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.