Hudoq; yang mistis dari hulu Mahakam

Seiring perkembangan jaman, budaya dan tradisi Dayak seringkali hanya menjadi simbol-simbol tanpa makna. Simbol-simbol yang terpasang pada fasilitas-fasilitas publik seperti di bandar udara, pelabuhan, atau fasilitas publik lainnya. Atau bahkan yang parah adalah budaya/tradisi itu mengalami modifikasi sedemikian rupa hanya untuk sekedar mengakomodasi kepentingan seremonial semata atau bahkan motif ekonomi.

Walau saat ini pembangunan sudah mulai merambah ke beragam daerah, namun bagi banyak orang, pulau Kalimantan masih menyimpan banyak misteri. Anggapan bahwa pulau Kalimantan itu identik dengan hutan belantara, budaya/tradisi yang erat kaitannya dengan hal-hal mistis, dan lainnya.

Hal tersebut sangat wajar terjadi, karena selama berpuluh-puluh tahun lamanya sejak Indonesia merdeka, seperti Papua dan banyak daerah lainnya di Indonesia bagian timur, pulau Kalimantan adalah salah satu daerah yang termasuk terpinggirkan. Konsentrasi pembangunan yang terpusatkan di pulau Jawa membuat banyak daerah di luar pulau Jawa menjadi “anak tiri”.

Padahal selama puluhan tahun, tidak sedikit sumbangsih pulau Kalimantan melalui sumber daya alamnya memasok pendapatan bagi Indonesia, seperti minyak dan gas bumi, batu bara, dan yang lain-lain.

Namun kini perlahan namun pasti perubahan perubahan ke arah yang lebih baik mulai terjadi. Melalui pembangunan infrastruktur, banyak daerah di pulau Kalimantan yang kini sudah dapat menjadi semakin bangga sebagai bagian dari bangsa Indonesia, karena penetrasi kebijakan publik mulai merambah hingga ke pelosok-pelosok.

Nah, untuk itu, inisiatif #yukjalanjalan kali ini mengajak anda untuk mengenal sedikit lebih jauh mengenai bumi Kalimantan, khususnya hulu sungai Mahakam yang terletak di Kabupaten Mahakam Ulu, Provinsi Kalimantan Timur.

Hudoq, perwujudan sang Dewa Dewi Padi

Mungkin kata Hudoq lumayan asing bagi banyak orang di Indonesia, khususnya bagi mereka yang tidak berdomisili atau pernah tinggal di Kalimantan Timur. Bahkan bagi mereka yang pernah tinggal atau masih berdomisili di Kalimantan Timur, kata Hudoq masih sangat asing ditelinga mereka.

Seperti yang terdapat pada banyak komunitas tradisional di Indonesia, kedekatan dengan alam dalam kegiatan keseharian seperti bertani, berburu, mencari ikan di sungai dan laut menjadi faktor dalam terciptanya budaya dan tradisi yang amat kaya dengan kearifan lokal, tidak terkecuali Hudoq.

Hudoq adalah sebuah bentuk tradisi yang khas dari masyarakat suku Dayak di hulu Mahakam, yaitu suku Dayak Bahau dan Dayak Modang.

DSC04646

Ada banyak versi kisah mengenai Hudoq, masing-masing suku Dayak memiliki versi-nya sendiri-sendiri. Namun yang jelas, Hudoq adalah sebuah ritual tradisional dalam bentuk tarian topeng oleh sekelompok orang (laki-laki, perempuan, dewasa maupun anak-anak).

Tarian topeng Hudoq merupakan bentuk penyambutan sang Dewa/Dewi Padi yang akan membantu masyarakat Dayak dalam kegiatan mereka berladang atau bercocok tanam.

Dalam kepercayaan suku Dayak, para Dewa itu bertampang seram dan menakutkan. Dan siapapun manusia yang melihat langsung wujud Dewa itu bisa sakit atau meninggal. Dari itulahpara Dewa menyamarkan wujudnya dengan topeng.

Bentuk dan ukuran dari topeng Hudoq itu sendiri beragam, tergantung dari pembuat dan pemiliknya. Namun secara umum, topeng Hudoq memiliki karakteristik yang serupa, yaitu dalam penggunaan warna yang dominan seperti warna putih dan merah, serta bentuk paruh yang panjang (melambangkan paruh Enggang/Hornbill).

Selain merupakan perwujudan fisik dari para Dewa/Dewi, dan arwah para leluhur, topeng Hudoq juga dapat melambangkan hama yang kerap mengganggu tanaman seperti babi, monyet, tikus, burung gagak, dll.

Hudoq dan Awal Musim Tanam

Hudoq diselenggarakan sebelum masyarakat suku Dayak melalui kegiatan bercocok tanam, dengan tujuan agar kegiatan bercocok tanam mereka dan hasil panennya sesuai harapan, sehingga mereka bisa menafkahi kehidupan mereka.

Ada beberapa ketentuan dalam menyelenggarakan ritual Hudoq, salah satunya adalah Hudoq tidak dapat diselenggarakan selama musim tanam. Jadi Hudoq hanya bisa dilakukan sebelum musim tanam dan setelah musim tanam sebegai bentuk syukur panenan sebelumnya.

DSC04617

Ketentuan lainnya adalah apabila pada sebuah kampung sedang terjadi kedukaan, misal ada kepala adat/kepala kampung atau ada warga kampung yang meninggal, maka kampung tersebut tidak diperkenankan untuk menyelenggarakan ritual Hudoq.

Tahapan Prosesi Ritual Hudoq

Sebelum Hudoq dimulai, ada rangkaian ritual yang terlebih dahulu wajib dilakukan. Ritual ini disebut dengan Napoq.

Tahapan Napoq bagi masyarakat Dayak sangat sakral dan hanya boleh dilakukan oleh mereka yang dipilih, yang disebut Dayung. Para Dayung harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan roh atau dewa.

Lazimnya, seorang Dayung didampingi oleh beberapa asisten, yang kemudian akan berkeliling kampung sembari membunyikan gong kecil.

Gong tersebut berfungsi sebagai media komunikasi, dan lantunan suara dari gong kecil itu diyakini sebagai sapaan kepada para Dewa/roh penjaga dan memberitahu bahwa Napoq sedang dilakukan buat memulai tarian Hudoq.

Setelah itu, Dayung akan memanggil Sang Penguasa Alam dan memohon agar penyelenggaraan ritual Hudoq dapat terselenggara dengan lancar. Setelah Dayung memanggil para Dewa untuk merasuki penari Hudoq, dilanjutkan dengan menjamu para dewa dengan makanan yang sudah disiapkan, ini semacam “jamuan” makan.

Dayung kemudian akan berdialog dengan para Dewa menggunakan bahasa Dayak halus dimana hanya dapat dimengerti dan diterjemahkan oleh sang Dayung sendiri. Pada tahapan ini, sang Dayung akan memohon agar huma pertanian mereka dijaga dan dilindungi. Dan Dayung dapat mengetahui apakah hasil panen nantinya baik atau malah sebaliknya. Setelah prosesi ini selesai, barulah kemudian ritual Hudoq dapat dilaksanakan.

Para penari Hudoq akan berbaris diurutkan berdasarkan strata atau kelas sosial Dewa. Dewa tertinggi biasanya akan berdiri paling depan. Para penari ini kemudian melakukan ritual yang disebut menarik nyawa padi dengan mengucapkan mantra.

Ritual Hudoq biasanya diselenggarakan pada sebuah daerah lapang atau dekat dengan ladang/sawah yang akan ditanami.

Ritme ritual Hudoq cukup tinggi yang disertai dengan beberapa gerakan dengan gerakan-gerakan yang memiliki filosofi tersendiri.

Para penari Hudoq melakukan gerakan mengibas-ngibaskan tangan layaknya gerakan burung yang sedang terbang, serta gerakan Nyidok atau Nyebit, yaitu gerakan maju sambil menghentakkan kaki. Gerakan tersebut bermakna untuk mengusir hama penyakit agar tidak menyerang tanaman.

Menuju Ritual Hudoq

Menarik dan unik bukan? Memang tidak mudah menuju ke hulu Mahakam. Bukan saja karena letaknya yang jauh di pedalaman sungai Mahakam, melainkan juga sarana transportasi yang tersedia saat ini masih sebatas transportasi sungai dan darat. Sedangkan transportasi udara masih sangat terbatas.

Kami (saya, Arbain Rambey, dan Galuh Azhar Wicaksana) menggunakan transportasi darat dan sungai untuk menuju ke Ujoh Bilang (Ibukota Kabupaten Mahakam Ulu) dari Balikpapan. Sedangkan Uyau Moris, Muhammad Ami dan Rizal Abdillah menggunakan pesawat udara dari Balikpapan menuju Melak, yang dilanjutkan dengan transportasi sungai menuju ke Ujoh Bilang.

Berikut adalah rute yang dapat anda tempuh bila ingin menghadiri ritual Hudoq di hulu Mahakam.

Jalur Darat : Balikpapan – Samarinda –> +/- 3 jam
Samarinda – Melak/Tering –> +/- 8 jam
Jalur Sungai : Samarinda – Ujoh Bilang –> +/- 2 hari 1 malam
Melak/Tering – Ujoh Bilang –> +/- 3,5 jam
Jalur Udara : Balikpapan – Melak –> +/- 1 jam

Pagelaran Hudoq di hulu Mahakam itu pada tahun ini diselenggarakan dua kali, yaitu pagelaran Hudoq Pekayang di desa Long Lunuk yang diselenggarakan oleh Kecamatan Long Pahangai, dan Festival Hudoq yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu.

Hudoq Pekayang adalah ritual Hudoq yang diselenggarakan secara tradisional sesuai kebutuhan masyrakat Dayak disana. Hudoq Pekayang itu sendiri diselenggarakan secara bergantian di kampung-kampung yang masuk dalam kawasan Kecamatan Long Pahangai. Lokasi-lokasi kampung berbeda dan terletak di hulu Ujoh Bilang.

Sedangkan Festival Hudoq yang diselenggarakan di Ujoh Bilang oleh Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu  merupakan versi “ringan” dari ritual Hudoq Pekayang, dan sudah digabung dengan beragam kegiatan lain, seperti ekspo makanan khas Dayak, bazar barang-barang kerajinan khas Dayak, dan lain-lain. Pada tahun 2018 ini, bahkan berlangsung Mahakam Jazz Festival yang menghadirkan penyanyi dan musisi seperti Tri Utami dan juga Uyau Moris.

Hudoq Tahun 2019

Rencananya pada tahun depan, pemerintah Kecamatan Long Pahangai dan pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu akan kembali menyelenggarakan Hudoq Pekayang dan Festival Hudoq.

Nah, buat anda yang tertarik menghadiri dan menyaksikan langsung tradisi dan ritual Hudoq di hulu sungai Mahakam, siapkan waktu sebaik-baiknya. 5 hari hingga 7 hari harusnya cukup untuk bisa menikmati cukup untuk menyusuri dan menikmati eloknya budaya, tradisi dan budaya hulu Mahakam 🙂

Terima kasih BAKTI

Terima kasih sebesar-besarnya kepada BAKTI (Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi) yang telah berkenan mendukung ekspedisi singkat #yukjalanjalan ke hulu Mahakam. BAKTI telah mengusahakan sekuat tenaga untuk menyediakan sarana telekomunikasi hingga ke pelosok negeri, termasuk ke hulu sungai Mahakam, serta berkenan mendukung upaya-upaya pelestarian budaya dan konservasi alam.

BAKTI telah memerdekakan sinyal di wilayah tersebut dengan membangun Base Transceiver Station (BTS) di 11 titik blankspot yang meliputi kecamatan Long Apari, Long Hubung, Laham, Long Bagun, dan Long Pahangai. Selain pembangunan BTS, BAKTI juga menyediakan akses internet di 27 titik yakni kecamatan Long Bagun (9 titik), Laham (3 titik), Long Apari (3 titik), Long Pahangai (5 titik) dan Long Hubung (7 titik). Akses internet tersebut sudah on air sejak 2017 dengan menggunakan teknologi VSAT.

Silahkan mampir dan subscribe di Instagram dan YouTube #yukjalanjalan untuk mengikuti kisah-kisah kami selanjutnya ya 🙂

One Comment Add yours

  1. Galuhsari says:

    Wow baca artikelnya jd bikin tambah cinta. Lihat foto2nya seolah2 kita yg ada dilokasi eh pas baca lebih bawah ternyata yg motret arbain rambey.
    Sukses terus min

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.