Peluh para pekerja angkut pelabuhan Sunda Kelapa

Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan hunting foto di pelabuhan Sunda Kelapa bersama dengan beberapa kawan seperti Raiyani Muharrahmah, dan dua orang rekan lain dari Surabaya, yaitu: Muhammad Sujai, dan Dokter Syahrial Syahdu.

Pelabuhan Sunda Kelapa memang selalu menarik untuk dikunjungi, baik itu untuk berwisata sejarah dan bahari atau khusus untuk memotret. Beragam subyek dan obyek yang dapat disaksikan di pelabuhan yang satu ini. Selain sejarah mengenai pelabuhan Sunda Kelapa yang sangat erat dengan sejarah kota Jakarta, pelabuhan Sunda Kelapa juga menyajikan subyek human interest yang menarik untuk diabadikan.

Pelabuhan Sunda Kelapa

Menurut sejarah Sunda Kelapa juga merupakan nama dari Jakarta sebelum tahun 1527. Merupakan salah satu pelabuhan internasional yang ada di bumi nusantara ketika itu semasa pemerintahan Portugis.

Sunda Kelapa adalah nama sebuah pelabuhan yang terletak di Teluk Jakarta, Indonesia. Secara teritorial, pelabuhan Sunda Kelapa masuk dalam wilayah kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Meskipun sekarang Sunda Kelapa hanyalah nama salah satu pelabuhan di Jakarta, daerah ini sangat penting karena desa di sekitar pelabuhan Sunda Kelapa adalah cikal-bakal kota Jakarta yang hari jadinya ditetapkan pada tanggal 22 Juni 1527.

Ketika itu Kalapa, nama aslinya, merupakan pelabuhan kerajaan Pajajaran yang beribukota di Pakuan (sekarang kota Bogor) yang direbut oleh pasukan Demak dan Cirebon.

Walaupun hari jadi kota Jakarta baru ditetapkan pada abad ke-16, sejarah Sunda Kelapa sudah dimulai jauh lebih awal, yaitu pada zaman pendahulu Pajajaran, yaitu kerajaan Tarumanagara. Kerajaan Tarumanagara pernah diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera.

Saat ini lokasi Pelabuhan Sunda Kelapa telah berkembang pesat menjadi pusat perkantoran, perdagangan, perindustrian, dan wisata (hotel, museum, kuliner, dll).

Sebagai pelabuhan tertua di wilayah DKI Jakarta, pelabuhan ini masih mempertahankan ciri khas tradisionalnya. Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi salah satu obyek wisata pilihan bagi wisatawan dalam dan luar negeri. Pelabuhan ini terutama disinggahi kapal-kapal antarpulau dan pelayaran rakyat dengan komoditas utama kayu, bahan kebutuhan pokok, barang kelontong, dan bahan bangunan.

Pelabuhan yang memiliki luas lahan sekitar 50,8 hektar ini merupakan bagian dari PT. Pelabuhan Indonesia II (Indonesia Port Corporation/IPC). IPC merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor perhubungan yang bergerak dalam bidang jasa kepelabuhanan dan logistik.

Pekerja Angkut Tradisional

Sebagai salah satu pusat kegiatan bisnis bahari, pelabuhan Sunda Kelapa tidak hanya menyajikan pundi-pundi uang bagi para pemilik kapal atau para pengusaha jasa transportasi/kargo, melainkan juga menyediakan lahan pekerjaan yang beragam.

Mulai dari pekerjaan formal (karyawan kantor, satpam, syahbandar, dll), sampai dengan non-formal (pekerja angkut, ojek sepeda, penjaja makanan, dll).

Layaknya tempat pelabuhan yang merupakan tempat persinggahan, para pekerja yang berasal dari banyak daerah di Indonesia. Dan bila Anda pernah datang ke pelabuhan ini, dapat Anda jumpai sebuah warung kecil persis disebelah kanan kawasan pelabuhan. Warung ini dikelola oleh para pedagang dari Makassar.

YFL_3789
Pekerja angkut tradisional didalam sebuah geladak kapal Phinisi yang mengangkut komoditas semen yang akan dibawa ke beragam daerah di Indonesia.

 

YFL_3783
Para pekerja yang secara bergantian mengangkut semen.

Para pekerja non-formal tersebut mendapatkan upah yang dihitung berdasarkan tonase yang mereka bisa angkut dalam 1 hari. Untuk satu ton, setiap pekerja mendapatkan upah sebesar Rp. 7.500,-. Rata-rata yang mereka bisa angkut dalam 1 hari adalah 250 ton sampai dengan 300 ton.

Kita dapat menyimak rantai ekonomi yang terus berjalan, mulai dari korporasi besar yang memasok dan menerima komoditas yang diangkut kapal-kapal dari seluruh penjuru negeri, sampai para pekerja angkut ini.

Jangan bermimpi bahwa mereka bekerja dalam kondisi yang nyaman dan aman. Segala sesuatu mereka lakukan secara manual. Tanpa dilengkapi perlengkapan kerja yang sesuai dengan kaidah keselamatan kerja, para pekerja angkut itu secara bergantian mengangkut semen diatas pundak mereka.

Sebuah kondisi yang jauh dari ideal bagi banyak pihak, namun keterdesakan ekonomi menghadapkan pada pilihan yang minim. Dan mereka menyadari hal tersebut.

YFL_3893
Semen yang dipindahkan dari truk yang berada dibibir pelabuhan kedalam geladak kapal Phinisi dengan menggunakan crane sederhana.

Ditengah pesatnya perkembangan teknologi yang ada, faktor harga yang lebih murah, jasa para pekerja angkut tradisional ini masih menjadi primadona bagi banyak pelaku usaha jasa pengangkutan, dibandingkan bila harus menggunakan peralatan modern.

YFL_3871YFL_3835YFL_3834

Lokasi yang penuh dengan debu semen yang berterbangan tidak mengahalangi mereka untuk satu demi satu memindahkan semen yang baru masuk kedalam geladak kapal kemudian menyusunnya menjadi tumpukan yang rapi.

Suasana yang pengap, panas, penuh debu dan dengan beragam resiko kecelakaan fisik mereka abaikan demi mendapatkan upah sebanyak-banyaknya pada setiap kesempatan.

YFL_3888
Salah seorang pekerja angkut yang dituakan. Ketika dia tidak menjadi pekerja angkut, maka dia akan menjajakan layanan dia sebagai pengemudi kapal kayu kecil mengantarkan wisatawan berkeliling dikampung nelayan yang terdapat disekitar pelabuhan Sunda Kelapa.

Kisah klasik (kalau tidak mau disebut klise) yang terdapat di negeri kita ini. Sebuah warisan tradisi yang masih berjalan sampai dengan sekarang. Semoga saja suatu hari nanti terwujud kesejahteraan yang lebih memadai bagi mereka.

Anda juga dapat menyimak dokumentasi selengkapnya pada tautan Behance.

4 Comments Add yours

  1. Raiyani says:

    mantab menyentuh realitas

    Like

  2. Don says:

    waah.. pengen nyusulll.. 😀

    Like

  3. Yusak F says:

    Ini bagaimana bisa dapat akses motretnya om? Artikel yang bermanfaat dan informatif.

    Like

    1. Thanks to uni Raiyani yang sudah memberikan pencerahan soal lokasinya ini.

      Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.