Catatan dari penugasan foto dan video (onshore dan aerial) untuk kegiatan Seismik di Kalimantan Tengah sejak tanggal 22 Februari 2018 hingga 28 Februari 2018 yang lalu. Saya bersama dengan tim menjalani penugasan oleh klien industri hulu MIGAS yang berbasis di Inggris. Oiya, untuk versi VLOG dari artikel ini juga dapat disimak di bawah.
Penugasan kali ini adalah untuk merekam kegiatan Seismik 2 Dimensi yang dilakukan di Provisinsi Kalimantan Tengah. Lokasi pengambilan gambar juga ada yang berbatasan langsung dengan Provinsi Kalimantan Timur. Dan penugasan kali ini adalah penugasan yang kali ke 6 yang saya dapatkan dari klien tersebut.
Walaupun lokasi penugasan saling berdekatan, namun objektif dari masing-masing penugasan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Nah, apa itu Seismik atau apa bedanya Seismik 2 Dimensi dan Seismik 3 Dimensi silahkan cari sendiri di internet ya.
Motret dan Berasa jadi Orang Kaya di dalam Hutan
Seperti pada artikel saya sebelumnya; Memotret Para Pencari Minyak & Gas, lokasi penugasan saya kali ini tidak lepas dari kisah masuk dan keluar hutan. Yang membedakan penugasan kali ini dengan yang sebelumnya adalah durasi penugasan yang lumayan lama, serta medan yang harus kami tempuh lebih menantang.
Pada penugasan kali ini ada beberapa hal yang unik bagi kami, yaitu:
- Merupakan penugasan pertama untuk kegiatan Seismik 2 Dimensi, setelah pada penugasan sebelumnya pada lokasi yang berdekatan saya diminta untuk memotret kegiatan Seismik 3 Dimensi.
- Baru kali ini saya dan tim harus mengejar pergerakan tim Seismik di dalam hutan rimba. Tim Seismik yang sudah amat terbiasa dengan kondisi hutan rimba, sehingga pergerakan mereka di dalam hutan yang amat sangat cepat untuk mengejar target program kerja harian.
- Bila sebelumnya lokasi pengambilan gambar dapat kami tempuh dengan menggunakan speed boad menyusuri sungai, dengan menggunakan kendaraaan roda empat, serta dengan berjalan kaki, maka pada penugasan kali ini, lokasi pengambilan gambar hanya dapat dicapai dengan menggunakan helikopter.
Terkesan memang mudah, namun pada kenyataannya helikopter hanya mengantarkan kami sampai pada basecamp tempat kami menginap, sedangkan lokasi pengambilan gambarnya itu masih harus kami tempuh dengan berjalan kaki memasuki hutan belantara Kalimantan yang amat lebat.
Untuk berpindah dari satu basecamp ke basecamp lainnya, kami hanya dapat mengandalkan helikopter, yang sebenarnya dapat juga ditempuh dengan berjalan kaki, namun durasi perjalanannya tidak bisa sebentar, bahkan menurut para pekerja Seismik di lokasi tersebut, waktu yang dibutuhkan bila ditempuh dengan berjalan kaki bisa 1 hari hingga 2 hari untuk pindah dari satu basecamp ke basecamp lainnya.
Durasi penerbangan helikopter yang kami tumpangi memang sangat singkat, untuk berpindah-pindah. Durasi penerbangan terlama hanya sekitar 10 menit, sedangkan yang tercepat adalah 7 menit. Dan berikut ini adalah log dari aplikasi Garmin yang saya gunakan:
Karena pemotretan dari udara atau aerial photography, merupakan salah satu spesialisasi saya, maka sebenarnya menggunakan helikopter bukanlah hal baru bagi saya dan tim, karena pada penugasan pada lokasi pengambilan gambar di lepas pantai atau offshore, kami kerap menggunakan helikopter. Namun baru kali ini, kami menggunakan helikopter dengan sangat intensif pada penugasan di darat atau onshore.
Walaupun harus berkejaran dengan tim Seismik, harus masuk keluar hutan dan kaki harus keram karena menanjak bukit dan berjalan kaki yang lumayan jauh, namun paling tidak kami sempat merasa menjadi “orang kaya” selama beberapa hari, karena menggunakan moda transportasi seperti helikopter seolah-olah sedang naik ojek setiap hari 🙂
Dimana Bumi Dipijak Disitu Langit Dijunjung
Nah, selain beberapa hal unik yang sudah saya sampaikan diatas, yang juga unik pada penugasan kami kali ini adalah akomodasi yang kami gunakan selama berada di lokasi pengambilan gambar serta hal lain terkait dengan kebiasaan/tradisi masyarakat lokal di sekitar lokasi pengambilan gambar.
Walaupun kami lebih sering berada di dalam hutan, namun kaidah-kaidah keselatan kerja juga tetap diterapkan, dan apabila diabaikan akan berakibat pada tindakan tegas oleh penanggung-jawab yang berapa pada lokasi Seismik.
Selain kaidah-kaidah keselamatan kerja seperti yang biasa diterapkan pada industri hulu MIGAS, kami juga mendapatkan informasi mengenai resiko yang terdapat pada lokasi pengambilan gambar, diantaranya adaalah:
- Bahaya petir ketika cuaca sedang hujan deras.
- Bahaya karena dehidrasi akut dan over heat yang amat sangat.
- Bahaya karena otot yang keram, karena kondisi lokasi yang berada di ketinggian.
- Bahaya sengatan dari hewan liar, seperti: ular, lebah, kalajengking, semut berbisa dan juga beruang.
- Bahaya ranting pohon yang lapuk atau pohon yang setiap saat bisa roboh karena sudah lapuk atau angin kencang. Pohon-pohon berukuran super besar yang tingginya lebih dari 10 bahkan 15 meter.
Berada di “tempat orang” juga mengharuskan kami untuk memperhatikan serta mentaati tradisi yang berlaku setempat. Ada beberapa hal yang disampaikan kepada kami ketika berada dilokasi tersebut, diantaranya adalah:
- Tidak boleh telanjang bulat ketika sedang mandi.
- Tidak boleh buang air/buang hajat seenaknya di sembarang tempat.
- Tidak boleh over confidence atau sok jago ketika sedang di dalam hutan.
- Tidak boleh memanggang ikan asin/ikan wader ketika sedang di dalam hutan, karena akan menimbulkan hal-hal yang diluar nalar.
- Tidak boleh sembarang menebang/memotong pohon/tumbuhan yang ada di dalam hutan, karena ada banyak pohon/tumbuhan yang dilindungi secara adat.
Tradisi-tradisi lokal yang harus kita perhatikan dengan seksama; percaya atau tidak, dengan segala konsekuensi yang bisa terjadi apabila melanggar aturan-aturan tersebut.
Akomodasi Bintang Lima di tengah Hutan
Mungkin buat kawan-kawan yang biasa masuk keluar hutan untuk hiking atau mendaki bukit, atau yang hobi offroad, menggunakan fasilitas akomodasi seadanya di tengah hutan rimba bukan suatu yang hal baru dan spesial, namun bagi kami hal itu baru pertama kali alami dalam penugasan industrial photography.
Karena kegiatan Seismik bersifat sementara, maka segala fasilitas yang tersedia dalam rangka pelaksanaannya juga bersifat sementara. Fasilitas yang tersedia tidak dibangun permanen dan pada akhir kegiatan, maka fasilitas-fasilitas itu akan dibongkar. Dan dibawah ini adalah penampakan dari salah satu flying camp tempat kami menginap:
Walaupun berada di tengah hutan rimba dan dengan fasilitas akomodasi yang amat sangat seadanya dan sederhana (menurut ukuran kota), saya merasa bahwa akomodasi yang tersedia setara dengan hotel Bintang Lima, karena segala sesuatu yang kami butuhkan sudah tersedia seperti:
- Kasur/tempat tidur yang layak.
- Akomodasi yang melindungi dari panas, hujan dan gangguan binatang buas.
- Persediaan konsumsi dan air bersih yang amat sangat memadai.
- Fasilitas MCK (Mandi Cuci Kakus) yang juga higenis.
- Dapur dan pantry/tempat makan yang bersih dan memadai.
- Fasilitas klinik yang tersedia beserta dengan tenaga medis (perawat dan dokter)
Dan yang paling penting adalah:
- Pasokan listrik yang dapat diandalkan untuk kebutuhan perangkat elektronik yang kami gunakan (kamera, komputer, drone, lighting, dll).
Bila disimak dari penataan letak bangun temporer pada lokasi flying camp tempat kami menginap, bisa dipastikan bahwa pembangunan fasilitas-fasilitas tersebut tetap memperhatikan kaidah-kaidah keselamatan kerja dan keamanan, walaupun berada di tengah hutan rimba.
Karena kegiatan Seismik juga melibatkan pemanfaatan HANDAK (Bahan Peledak), maka penempatan gudang bahan peledak juga berada pada lokasi yang aman dan jauh dari jangkauan para pihak yang tidak berkepentingan, serta dijaga oleh petugas kemanan bersenjata lengkap yang standby setiap saat.
Hal-hal Yang Dibutuhkan
Dari beberapa kali penugasan peliputan Seismik ini ada beberapa hal yang dapat saya rangkum, dan mungkin bisa bermanfaat bagi anda apabila suatu saat nanti anda juga mendapatkan penugasan sejenis, yaitu:
- Kesiapan kondisi fisik
- Kesiapan perlengkapan
- Informasi mengenai cuaca
- Jadwal dan moda transportasi
- Serta perangkat yang lengkap namun harus tetap efisien dan efektif, karena lokasi pengambilan gambar yang jauh.
Berikut ini adalah beberapa foto ketika penugasan kami tersebut:
Anda juga bisa menyimak video tentang kisah penugasan kali ini pada kanal YouTube saya. Jangan lupa Like, Subscribe dan Follow juga YouTube dan Instagram saya 🙂
Pada VLOG kali ini saya menggunakan kamera Canon EOS M6 dan semua ground footage pada VLOG ini saya rekam dengan kamera tersebut. Terima kasih kepada Canon dan Datascrip untuk dukungannya.
Beh foto fotonya banyak bet. Keren kerja di sektor hulu migas. Jalan2 survey terus.
LikeLike
Keren fotonya Mas Ladung….mudah2an bisa ketemuan lagi di tempat seismic yang lain dengan tantangan yang berbeda…sipp
LikeLike
Wuih Pak Dokter terima kasih sudah berkenan mampir kemari. Siap Dok, selama masih nafas masih berhembus semoga kita bisa berkolaborasi lagi.
LikeLike