Kecerdasan Buatan dan Tahun Politik. Bahaya ga sih? Bisa Jadi !!!

Masih soal AI atau Kecerdasan Buatan yang kian hari kian merambah banyak aspek dalam kehidupan kita. Tidak sekedar pada tampilan visual (foto dan video) melainkan juga pada hal-hal serius lainnya seperti teknologi informasi, industri hulu migas, rangkaian proses produksi dan fabrikasi, penanganan medis, bidang pendidikan, industri finansial, dll.

Sebagai seorang fotografer, menurut saya kehadiran AI bukan sebagai ancaman, melainkan AI dapat membantu beragam aspek dalam pekerjaan saya yang harusnya memiliki dampak positif dan konstruktif. Tapi bagaimana kalau kemudian tidak demikian?

Keren? Tentu. Serem? Iya juga sih.

Contohnya adalah yang satu ini, sebuah cuplikan video yang merupakan hasil manipulasi visual dengan menggunakan teknik Deepfake. Sebuah teknik yang sebenarnya tidak baru, karena sudah dikembangkan dan digunakan oleh banyak pihak sejak sekitar 10 tahun terakhir.

Sesuai penjelasannya, yang dilakukan AI pada video ini adalah sebagai berikut:

  • Langkah pertama, AI akan mendeteksi raut wajah dan bahasa asli yang digunakan pada videonya.
  • Langkah kedua, AI akan melakukan deteksi pergerakan raut wajah sang aktor, lantas melakukan manipulasi wajah sang aktor melalui 3D modelling dan kemudian menghapus bagian dari dialog yang tidak pantas.
  • Langkah ketiga, AI akan mengganti dan menyesuaikan bahasa yang digunakan sesuai dengan kebutuhan. Dan raut wajah, mimik serta pergerakan bibir sang aktor akan disesuaikan dengan bahasa yang digunakan.

Kalau disimak pada cuplikan video berikut ini, versi bahasa Spanyol yang dihasilkan itu nyaris sempurna.

Seperti yang sempat saya utarakan pada beberapa kesempatan, termasuk salah satunya ketika perayaan hari jadi yang ke-100 PAF (Perhimpunan Amatir Foto) di Bandung beberapa minggu yang lalu. Dalam tahun politik ini kalau para pemangku kebijakan tidak hati-hati, bukan tidak mungkin dampak pergesekan di akar rumput akan menjadi semakin tajam akibat produk-produk visual yang dihasilkan dengan AI, bahkan bisa jadi akan lebih tajam bila dibandingkan hasil keriuhan kampanye politik pada tahun 2017 yang lalu.

Kenapa begitu? Karena literasi bangsa kita amat rendah. Tidak sekedar malas membaca, tapi mayoritas dari kita enggan untuk mencerna dan menelaah lebih jauh informasi yang mereka terima secara digital.

Masih segar dalam ingatan juga, bagaimana situasi politik di Amerika Serikat pada tahun 2017 yang gegap gempita dengan isu skandal Cambridge Analytica terkait kampanye Donald Trump.

Ranah foto dan video kerap saya gunakan untuk menggambarkan penerapan AI atau Kecerdasan Buatan, karena kedua hal itu yang paling mudah untuk dipahami dan digunakan oleh banyak orang untuk beragam hal, termasuk dalam hal politik.

Karena kita sudah tidak lagi membaca teks, melainkan kita “membaca” gambar !!!

Oiya, aplikasi AI yang digunakan adalah TrueSync besutan Flawless AI yang pada tahun 2021 dinobatkan sebagai “Best Inventions 2021” oleh majalah TIME.

Referensi:

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.