Yang Unik Di Pagerungan Besar (Madura), Lebih Dekat Ke Bali dan Lombok Dengan Bahasa Bajo Dan Mandar

Setelah menempuh perjalanan selama lebih kurang 1 jam dan 10 menit, pesawat Twin Otter yang kami tumpangi itu tiba di Bandar Udara Khusus di Pulau Pagerungan Besar yang dimiliki dan dioperasikan oleh Kangean Energy Indonesia, Ltd. (KEI).

Cuaca dalam perjalanan kami ketika itu sangat cerah tanpa ada guncangan yang berarti. Di sepanjang perjalanan kami menyaksikan pulau demi pulau yang ada di gugusan kepulauan Kangean dari ketinggian sekitar 15 ribu kaki.

Walaupun posisi duduk para penumpang tidak seleluasa bila dibandingkan dengan pesawat berbadan lebar lainnya, namun perjalanan pada pagi itu sangat menyenangkan.

Layaknya penerbangan dengan pesawat perintis yang berbadan kecil atau seperti penerbangan dengan helikopter, raungan suara mesin pesawat dapat terdengar kencang hingga ke dalam kabin pesawat. Oleh karena itu ketika masih di Juanda, seluruh penumpang dibekali dengan earplug untuk membantu mengurangi kebisingan mesin pesawat.

Prosedur Ketibaan Di Pagerungan Besar

Layaknya tamu dan juga seperti di daerah operasional kegiatan industri dengan resiko kecelakaan kerja yang lumayan tinggi lainnya, setibanya di Pulau Pagerungan Besar, kami mengikuti serangkaian proses kedatangan yang wajib dilalui oleh setiap orang yang berkunjung, terlebih bagi mereka yang baru pertama kali berkunjungan ke fasilitas produksi Kangean Energy Indonesia, Ltd.

Beberapa prosedur yang kami jalani adalah:

  • Mendaftarkan diri ke petugas ground staff di Bandar Udara Khusus Pulau Pagerungan Besar.
  • Kemudian kami harus menukarkan kartu identitas diri (KTP) dengan kartu tanda pengenal bagi pengunjung/visitor dan mendapatkan T-Card. Kemudian menempatkan T-Card tersebut ke papan T-Card system. Diberi nama T-Card karena bentuk kartunya yang menyerupai huruf T. T-Card adalah sebuah mekanisme absensi yang lazim digunakan ketika memasuki sebuah daerah kerja yang rentan dengan kecelakaan kerja, baik lokasi yang berada di daratan (onshore) ataupun di perairan (offshore). Letak papan T-Card berada di titik kumpul atau muster point yang merupakan lokasi berkumpul apabila terjadi kejadian gawat darurat dan mengharuskan para personil yang berada di lokasi kerja tersebut untuk melakukan evakuasi. Nah, untuk melakukan kontrol terhadap keberadaan dan jumlah personil, digunakanlah T-Card system. Penggunaan warna kartu bisa beragam, tergantung kebijakan dari perusahaan yang bersangkutan. Warna-warna yang berbeda bertujuan untuk menunjukan status kepegawaian dari seseorang, seperti warna merah untuk karyawan permanen, warna putih untuk karyawan kontrak dan tamu, dll.
T-Card System
  • Selanjutnya setelah mendapatkan T-Card, kami juga menerima kunci kamar masing-masing. Dan ketika di Pulau Pagerungan Besar, Bang Arbain bersama dengan saya dalam satu kamar, sedangkan Mas Beawiharta sendiri di kamar yang terpisah.
  • Sebelum kami dapat melanjutkan menuju ke kamar, kami masih harus mengikuti penjelasan tentang prosedur keselamatan kerja atau safety briefing. Pada fase ini, kami mendaptkan penjelasan lengkap tentang hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama berada di lokasi kerja Kangean Energy Indonesia, Ltd. Termasuk hal lainnya seperti jadwal jam kerja, jadwal makan, tempat berkumpul, di mana boleh merokok, lokasi klinik, lokasi tempat ibadah, dll.

Setelah menjalani seluruh prosedur di atas itu, kami diantar berkeliling sejenak oleh petugas K3 untuk melihat-lihat di sekeliling fasilitas produksi Kangean Energy Indonesia, Ltd. itu.

Seperti lokasi kerja dari perusahaan-perusahaan kelas dunia lainnya, fasilitas yang tersedia di dalam kompleks produksi KEI itu sangat lengkap untuk ukuran sebuah daerah terpencil, seperti:

  • Pusat perkantoran, administrasi, operasional dan telekomunikasi
  • Sarana medis berupa klinik lengkap dengan Dokter yang siap sedia 1 kali 24 jam
  • Sarana keselamatan seperti kerja posko Pemadam Kebakaran
  • Sarana komodasi seperti kamar, ruang makan, tempat ibadah, ruang olah raga, ruang rekreasi dan kolam renang

Harus diakui bahwa ritme hidup kami menjadi lebih teratur selama berada di Pulau Pagerungan, karena waktu tidur, waktu makan dan waktu kerja menjadi sangat tertata. Tidak seperti ketika kami berada di Jakarta atau di Yogyakarta, ritme hidup kami lumayan berantakan 😁

Uniknya Pulau Pagerungan

Saya selalu tertarik untuk mencari tahu kisah warga lokal di banyak tempat yang saya kunjungi, khususnya di daerah-daerah pelosok yang ada di Indonesia.

Saya dapat belajar banyak hal dari kisah mereka yang berada di daerah pelosok, karena saya percaya bahwa selalu ada wawasan baru yang bisa didulang dari pertemuan dengan mereka.

Termasuk ketika berkunjung ke Pulau Pagerungan Besar ini. Sebuah pulau yang tidak terlampau besar, dan dihuni oleh mayoritas warga suku Bajo dan suku Mandar, walaupun secara administratif pulau ini masuk sebagai bagian dari Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep di Provinsi Jawa Timur.

Di dalam peta sebenarnya Pulau Pagerungan ini lebih dekat ke Pulau Bali dan Pulau Lombok. Bahkan walaupun pulau ini masuk dalam kawasan Waktu Indonesia Barat (WIB), namun rasanya pulau ini lebih cocok masuk dalam Waktu Indonesia Timur (WIT). Hal itu karena bila lazimnya pada pukul 05:00 di WIB langit masih lumayan gelap, namun pada jam yang sama di pulau ini langit sudah lumayan terang benderang.

Mengutip keterangan yang tercantum pada laman Wikipedia, Pagerungan Besar adalah bagian dari Kecamatan Kepulauan Sapeken yang terletak di ujung timur pulau Jawa serta menjadi salah satu pulau terluar bagian timur dari provinsi Jawa Timur.

Pulau ini berada di sebelah Timur Pulau Pagerungan Kecil. Pulau Pagerungan Besar juga adalah salah satu pulau dengan penghasil ikan dasar yang terbilang tinggi.

Salah satu jenis ikan yang banyak ditemukan di daerah Pagerungan Besar adalah Ikan Kakap Merah, Ikan Kakap Putih dan Ikan Kerapu Sunu.

Secara administratif, pulau ini berada di wilayah Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, Indonesia. Walaupun secara administratif berada di wilayah kabupaten Sumenep – Madura, tapi secara budaya, penduduk desa ini mayoritas berasal dari Sulawesi.

Mampir ke saah satu sudut dusun di Pulau Pagerungan Besar dan menyapa para penduduk lokal
Si Kembar Omar dan Othar
Menikmati waktu bersama si kembar
Warga lokal memperbaiki masjid

Bahasa yang digunakan adalah bahasa Mandar yang berasal dari Sulawesi Barat dan bahasa Bajo yang konon berasal dari Sulawesi Tenggara, walaupun bahasa Bajo ini dipakai juga di beberapa daerah pesisir di Kalimantan, Maluku, Sumatera bahkan mancanegara seperti Malaysia, Filipina, konon juga di Madagaskar Afrika, Napenjeko.

Industri Hulu Migas & Pulau Pagerungan

Di Pulau Pagerungan yang dominan karang ini terdapat sebuah blok Migas yang kegiatan eksplorasi dan produksinya dimulai sejak tahun 1960-an di lepas pantai.

Geliat pembangunan di atas pulau ini dimulai sejak awal tahun 1990-an melalui kegiatan konstruksi di darat dengan membangun beragam fasilitas yang dibutuhkan seperti fasilitas produksi, akomodasi, klinik, sarana ibadah, sarana rekreasi hingga sarana transportasi seperti pelabuhan laut dan udara.

Dan ternyata warga pulau ini telah mendapatkan bantuan pasokan listrik dari Kangean Energy Indonesia, sebuah perusahaan industri hulu migas yang beroperasi dan berproduksi di pulau ini sejak 30-an tahun yang lalu.

Bantuan listrik tersebut tidak sekedar berfungsi sebagai penerangan saja, melainkan juga bermanfaat untuk banyak hal, salah satunya adalah kegiatan memasak mereka. Kegiatan yang terlihat sederhana namun dapat menambah penghasilan.

Kehadiran dan manfaat dari industri hulu migas bagi warga pulau ini tidak sebatas pada hal itu, melainkan juga hingga soal penyerapan tenaga kerja, bantuan kesehatan (khususnya Ibu dan anak), pendidikan, dll.

Warga pulau ini juga telah mendapatkan bantuan pasokan listrik dari Kangean Energy Indonesia, sebuah perusahaan industri hulu migas yang beroperasi di pulau ini.

Bantuan listrik tersebut tidak sekedar berfungsi sebagai penerangan saja, melainkan juga bermanfaat untuk banyak hal, salah satunya adalah kegiatan memasak mereka. Kegiatan yang terlihat sederhana namun dapat menambah penghasilan.

Kehadiran dan manfaat dari industri hulu migas bagi warga pulau ini tidak sebatas pada hal itu, melainkan juga hingga soal penyerapan tenaga kerja, bantuan kesehatan (khususnya Ibu dan anak), pendidikan, dll.

Pelabuhan udara yang awalnya dibangun dan diperuntukan hanya bagi kegiatan operasional perusahaan Migaa tersebut, sejak sejak sekitar 3 tahun terakhir sudah dapat dipergunakan oleh maskapai penerbangan lainnya untuk transportasi udara bagi masyarakat lokal Pulau Pagerungan menuju ke Sumenep dan sebaliknya.

Hal itu menjadi salah satu bukti nyata atas kebermanfaatan dari hadirnya kegiatan industri hulu migas yang dirasakan oleh masyarakat lokal di daerah terpencil seperti Pulau Pagerungan ini. Selain bermanfaat langsung bagi masyarakat, juga membantu pemerintah Republik Indonesia untuk membuka keterisolasian daerah pelosok seperti di Pulau Pagerungan ini.

Walau dengan beragam tantangan serta keterbatasan yang lazim ada di kawasan kepulauan, namun geliat kehidupan warga Pulau Pagerungan tetap dapat berdampingan dengan dinamika pengusahaan energi.

Asiknya Memotret Di Pulau Pagerungan Besar

Seperti yang disampaikan pada artikel sebelumnya, keberadaan Bang Arbain, Mas Beawiharta dan saya di Pulau Pagerungan Besar adalah untuk melakukan pemotretan yang hasilnya akan digunakan sebagai referensi bagi para peserta Lomba Foto Tunggal, Foto Cerita dan Reels Instagram – Energi Bagi Indonesia.

Kami beruntung karena pihak manajemen Kangean Energy Indonesia, Ltd. juga hadir selama beberapa hari ketika kami di Pulau Pagerungan Besar. Bersama dengan Pak I Made Jumiartha (VP Operation), Pak Aris Setiawan (VP Exploration), Mba Fadia Fabiona (Marketing & Sales Manager), Bang Kampoi Naibaho (Communication & CSR Officer).

Selama 8 hari berada di Pulau Pagerungan Besar, walaupun sesekali dihampiri hujan deras, namun objektif kami untuk memotret di sana dapat berjalan dengan lancar. Dan kami bisa membuat beberapa foto dan reel sebagai referensi bagi para peserta lomba.

Pagerungan Masih Menyimpan Cerita

Iya benar sekali. 8 hari berada di Pulau Pagerungan besar rasanya masih kurang untuk menyingkap semua cerita yang ada di sana dan menyajikannya dalam bentuk kisah visual.

Rencana kami untuk berkunjung ke Pulau Sapeken (pusat Kecamatan Sapeken) yang konon merupakan salah satu pulau terpadat di Indonesia belum sempat kami wujudkan.

Semoga di kali lain kami dapat berkunjung lagi ke Kepulauan Kangean dan dapat mengumpulkan lebih banyak lagi cerita tentang saudara-saudari kita di sana.

Terima kasih kami haturkan kepada Kangean Energy Indonesia, Ltd. untuk semua dukungan yang diberikan selama kami berkunjung ke Pulau Pagerungan Besar.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.