Memangnya ada motret yang sekedar motret?
Bisa jadi kalimat tersebut adalah pertanyaan yang muncul dalam benak kawan-kawan sejawat fotografer lainnya. Karena untuk bisa menghasilkan karya yang sesuai ekspektasi; foto, video, tulisan, musik, atau apapun itu pastinya membutuhkan persiapan yang matang.
Dibayar atau tidak, tanpa persiapan yang utuh, agaknya akan sulit menghasilkan sebuah karya yang dibutuhkan dan sesuai harapan.
Sebagai pakar (baca: Juru Foto) dan spesialis yang dibayar oleh pelanggan, saya diwajibkan untuk mampu memberikan argumentasi dan penjelasan yang utuh terkait dengan seluruh aspek pemotretan; di darat, di udara dan di atas perairan.





Lantas apa yang yang membedakan antara memotret lainnya dengan memotret untuk kalangan industri.
Menurut pengalaman saya selama ini, yang membuat memotret industrial itu membutuhkan persiapan yang tidak sekedarnya dan sangat menantang di antaranya adalah beberapa berikut ini:
- Melibatkan komunikasi lintas fungsi dalam sebuah perusahaan
- Terdapat banyak regulasi terkait keselamatan kerja yang sangat ketat
- Durasi waktu yang terbatas karena regulasi keselamatan kerja yang diterapkan
- Keterbatasan jumlah personil yang dapat terlibat pada lokasi kerja industrial
Seperti yang sudah saya jelaskan pada artikel sebelumnya tentang industrial photography dan juga pada kesempatan berbagi di banyak tempat untuk kawan-kawan lainnya, persiapan yang dibutuhkan untuk industrial photography tidak sekedar terkait peralatan dan perangkat fotografi.
Salah satu contohnya adalah ketika kami menjalani penugasan industrial photography untuk industri minyak dan gas bumi yang tidak memperkenankan saya memotret dengan menggunakan perangkat non-explosion proof.
Saya harus terlibat dalam komunikasi lintas fungsi yang ada di perusahaan klien saya untuk mempersiapkan dokumen kerja seperti:
- Permit To Work (PTW)
- Job Safety Analysis (JSA)
- Hot Working Permit atau Cold Working Permit





Gambar-gambar di atas adalah salah satu proses yang harus saya jalani sebelum bisa memotret di dalam lokasi kerja gas bumi yang memiliki resiko keselamatan kerja yang tinggi.
Pada diskusi pembuatan dokumen Permit To Work (PTW) dan Job Safety Analysis (JSA) sebagai seorang juru foto saya diharapkan untuk bisa:
- Menjelaskan tata kerja, prosedur dan tahapan kerja pemotretan
- Menjelaskan pemahaman tentang hazardous area untuk lokasi pemotretan
- Menjelaskan objektif pemotretan akan dilakukan di zona 0, zona 1, zona 2, dll
- Menjelaskan resiko apa saja yang bisa timbul ketika dilaksanakan pemotretan
- Menjelaskan mitigasi yang akan saya lakukan ketika terjadi hal yang tidak diinginkan ketika pemotretan
Sehingga bagaimana seorang Juru Foto bisa meyakinkan pelanggan akan sangat menentukan kelancaran pekerjaan pemotretan itu juga, terutama apabila pekerjaan memotret itu dilakukan di dalam lokasi dengan resiko kecelakaan kerja.
Semoga penjelasan di atas bisa memberikan penjelasan tentang alasan mengapa industrial photography itu tidak memotret yang sekedarnya.
Mas Ladung,
Wis nulis buku durung? Judul nya kasih “tukang potret kilang minyak…” mengko aku tuku. Paling tidak ada yg bisa dilihat langsung oleh penerus…
.
Salam konco lawas,
Sad Agus
LikeLike
Wah ide yang menarik Pak. Mungkin suatu hari nanti bikin buku yang struktural tentang itu ya Pak.
LikeLike
Baru tahu kalau ada industrial photography 😅, mungkin bisa dibahas juga project photography, yg mendokumentasikan pembangunan suatu proyek mulai awal hingga akhir
LikeLike
Hehehehe … Sudah ada sejak dulu kala sih. Sudah ada beberapa artikel di blog ini tentang #industrialphotography atau di kanal YouTube dan Instagram saya juga. Silahkan dapat disimak di https://s.id/yulianusladung
LikeLike