Public Rate Card Photographer Itu Bagaimana?

Pada hari Kamis (7/7/2022) kemarin, saya iseng mengunggah di Instagram Story saya dan kemudian mention akun Instagram Pejuang Invoice tentang obrolan saya dengan seorang kawan di Whatsapp tentang portfolio dan juga skema penawaran harganya.

Akun Pejuang Invoice sangat saya rekomendasikan buat kawan-kawan praktisi fotografi dan videografi, karena kontennya saran dengan informasi yang edukatif dan tidak jarang juga menghibur.

Anyway, balik lagi ke artikel ini. Unggahan tersebut karena saya teringat dengan unggahan Bang Arbain Rambey sebelumnya di akun Facebook dan Instagram-nya tentang Fotografi Tidak Sekedar Teknologi yang menurut saya benar adanya bahwa fotografi tidak sekedar teknologi, melainkan juga banyak hal lain yang menjadi faktor penting khususnya bagi mereka beraktivitas fotografi sebagai sebuah profesi.

Tanpa saya sangka-sangka ternyata banyak sekali kawan-kawan (di Instagram dan Facebook) yang bertanya serta menyampaikan situasi mereka saat ini terkait dengan bagaimana beberapa hal dalam pengelolaan bisnis fotografi dan videografi mereka.

Karena lumayan banyak yang bertanya, dan daripada menjawab satu persatu, maka saya pikir tidak ada salahnya membuat artikel tentang itu di blog ini, ya barangkali saja masih tersisa kawan-kawan yang gemar membaca kan ya.

Sebagai pembuka, berikut silahkan disimak tangkapan layar dari obrolan dengan kawan saya itu agar buat kawan-kawan yang kemarin terlewatkan unggahan Instagram story saya bisa jelas latar belakang artikel ini.

Pertanyaan-pertanyaan semacam itu sudah kerap kali saya terima dan juga sudah saya jawab pada artikel dan video saya sebelumnya.

Ada 4 (empat) pertanyaan sejenis yang saya pilih untuk dijawab, sedangkan untuk jawaban dari pertanyaan lainnya dapat disimak pada artikel dan video di bawah. Pertanyaannya adalah:

  1. Pantas ga sih harga saya itu Rp. xx.xxx.xxx,- sedangkan perangkat saya itu standar saja?
  2. Kalau kliennya mendesak minta penawaran langsung bagaimana menjawabnya?
  3. Apa saja komponen harga yang harus dipertimbangkan untuk menyusun sebuah penawaran harga?
  4. Bisa lihat Public Ratenya ga?

Jawabannya saya adalah sebagai berikut:

  1. Perangkat yang digunakan ketika mengambil gambar (foto dan video) itu tidak relevan dengan harga yang akan kita sampaikan. Terlebih apabila kliennya tidak mewajibkan penggunaan perangkat-perangkat tertentu, dan hanya fokus pada deliverable atau hasil kerjanya. Jadi jangan terjebak dengan perangkat yang kita gunakan, apalagi karena hal itu lantas jadi merasa tidak percaya diri dan akhirnya sampai rela dinego berapa saja.
  2. Ada 2 kemungkinan kalau kliennya ngotot mendesak kita untuk memberikan harga; positif dan negatif.
    • Kemungkinan negatifnya adalah klien itu belum tahu mau ngapain, klien itu belum paham betul kebutuhannya apa, klien itu baru merancang-rancang pekerjaannya, klien itu hanya windows shopping, atau yang terburuk adalah kliennya itu sudah punya jagoan sendiri dan sekedar butuh harga pembanding.
    • Sedangkan kemungkinan positifnya adalah bahwa klien itu dikejar deadline produksi, klien itu sudah dapat rekomendasi tentang kita dari orang lain, sehingga akan langsung eksekusi pekerjaannya.
  3. Pertanyaan ini sudah saya jawab pada artikel dan video saya sebelumnya. Tautannya saya sertakan di bawah.
  4. Dan untuk pertanyaan keempat ini, jawabannya silahkan disimak pada akhir artikel ini.

Tentu saja, semua jawaban di atas berdasarkan pengalaman saya pribadi, karena itulah bisa saja yang saya sampaikan pada artikel ini dan juga pada artikel atau video sebelumnya itu tidak relevan buat yang lain.

Saya tidak ingin berpanjang-panjang, jadi langsung saya rangkum artikel ini sebagai berikut:

Pantas atau tidaknya tarif jasa fotografer/videografer itu ditentukan oleh masing-masing pelakunya. Tidak ada standarisasi (dan bahkan mustahil distandarkan) untuk tarif jasa fotografi/videografi. Intinya kembali ke masing-masing pelakunya, sejauh apa ingin hidup sejahtera dan menjalani profesinya sebagai fotografer dan videografer secara bermartabat dan layak.

Template Public Rate Card ini silahkan diunduh, dimodifikasi dan disebar luaskan sesuai dengan kebutuhan kawan-kawan sekalian.

Dan berikut adalah penjelasan istilah-istilah yang terdapat pada dokumen tersebut yang mungkin terdengar asing buat banyak orang.

  • BOSIET (Basic Offshore Safety Induction And Emergency Training)
  • TBOSIET (Tropical Basic Offshore Safety Induction And Emergency Training)
  • HUET (Helicopter Under Water Escape Training)
  • Ex atau Ex-Proof (ada yang menyebutnya Flame-Proof dan Gas-Proof) adalah standarisasi untuk perangkat-perangkat (utamanya elektronik) yang sudah tersertifikasi sebagai perangkat yang bukan pemicu ledakan
  • ATEX (ATmosphères EXplosives)
  • IECEX (International Electrotechnical Commission for Explosive Atmospheres)

Sebenarnya banyak sekali kawan-kawan yang sudah mengunggah Public Rate Card mereka masing-masing, yang dibutuhkan itu hanya kesabaran dan keterampilan mencari informasinya di Google.

Demikian, semoga artikel ini bermanfaat ya. Kalau ada yang punya pendapat lainnya silahkan komentar di bawah atau bisa bertanya langsung melalui Instagram saya.

One Comment Add yours

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.